(Masa Mulukut Thawaif di Andalusia)
Zaragoza: Ats-Tsagrul A’la
Zaragoza adalah wilayah yang strategis secara militer dan politis. Ia berada di antara Kerajaan Catalona di timur dan Kerajaan Navarre di barat daya, serta Kerajaan Castille di timur laut. Kondisi itu menjadikan Zaragoza selalu berada dalam keadaan siaga, karena pihak Kristen tidak pernah berhenti menyerang wilayah tersebut.
Bani Tujaib
Bani Tujaib adalah kabilah Arab yang menguasai Zaragoza dan menduduki posisi tinggi pada masa kekuasaan Al-Manshur bin Abi Amir. Wilayah Zaragoza dipimpin oleh Yahya bin Abdurrahman At-Tujaibi sejak 397 H/989 M hingga wafat pada 408 H/1017 M.
Yahya bin Abdurrahman At-Tujaibi digantikan oleh putranya Al-Mundzir. Strategi yang digunakan oleh Al-Mundzir untuk melindungi wilayahnya adalah dengan menjalin kesepakatan gencatan senjata dengan para pemimpin wilayah Kristen: Ramon (Barcelona), Sancho (Navarre), Ferdinand (Castille), Alfonso V (Leon).
Jalinan kedekatan antara Al-Mundzir dengan para pemimpin Kristen itu sampai pada menyelenggarakan pesta bagi pernikahan perbesanan antara Sancho dan Ramon yang dihadiri oleh para pemeluk agama Islam dan Kristen serta ulama dan pendetanya.
Dengan strategi itu ia mampu memperkuat kerajaannya di Zaragoza hingga tahun 414 H/1023 M.
Berakhirnya Masa Kepemimpinan Bani Tujaib
Al-Mundzir bin Yahya bin Abdurrahman At-Tujaibi digantikan oleh putranya Al-Muzhaffar yang memerintah hingga tahun 420 H/1029 M. Selanjutnya Al-Muzhaffar digantikan oleh anaknya Al-Mudzaffar II yang bergelar Al-Hajib Muizzud Daulah. Ia wafat dibunuh oleh sepupunya, Abdullah bin Hakim pada tahun 430 H/1039 M.
Masuknya Sulaiman bin Hud ke Zaragoza
Abdullah bin Hakim mengangkat dirinya menjadi pemimpin. Namun ditentang oleh masyarakat Zaragoza. Ia pun melarikan diri menyelamatkan diri. Masyarakat mengirim surat kepada Sulaiman bin Hud penguasa wilayah La Reda. Lalu Ia masuk ke Zaragoza dan masyarakat sepakat mengangkatnya menjadi pemimpin pada Muharram 431 H/September 1039 M.
Sulaiman bin Hud memperluas kekuasaannya di Zaragoza, kecuali wilayah Tortosa yang dikuasai Bani Amir.
Konflik yang terkenal pada masanya adalah perseteruan dengan Al-Ma’mun bin Dzunnun, penguasa Toledo, hingga keduanya meminta bantuan kepada Kerajaan Navarre dan Castille. Sulaiman bin Hud wafat tahun 438 H/1046 M.
Al-Muqtadir Ahmad bin Sulaiman
Sebelum wafat, Sulaiman bin Hud telah membagi kekuasaan kepada anak-anaknya: Ahmad di Zaragoza, Yusuf di La Reda, Lubbu di Wasyqah, dan Al-Mundzir di Totilla. Pembagian tersebut menimbulkan permusuhan. Mereka ingin saling menguasai satu sama lain. Ahmad bin Sulaiman bin Hud paling piawai memainkan tipu daya sehingga mampu merebut wilayah-wilayah yang dikuasai saudaranya dan memenjarakan mereka, kecuali La Reda yang dikuasai Yusuf. La Reda pada akhirnya nanti berhasil dikuasai setelah Ahmad bin Sulaiman meminta bantuan kepada pihak Kristen.
Wilayah Kekuasaan Al-Muqtadir Ahmad bin Sulaiman menjadi yang terbesar di Andalusia setelah ia mampu merebut Tortossa pada 452 H/1060 M dan merebut Dania dari iparnya Ali Iqbal pada 468 H/1076 M.
Tragedi Barbastro
Perseteruan dua saudara ini berakibat fatal, sehingga terjadi tragedi memilukan di Barbastro. Bangsa Normadia menyerang kota Barbastro pada tahun 456 H/1064 M. Mereka menghabisi kaum muslimin disana dengan keji. Al-Muqtadir Ahmad bin Sulaiman bin Hud tidak bersegera menolong, karena wilayah itu berada dalam kekuasaan Yusuf bin Sulaiman. Sementara itu masyarakat Barbastro kekurangan makanan hingga mereka saling berebut.
Mendengar kondisi itu 5.000 pasukan berbaju besi Normandia melakukan penyerangan ke dalam kota. Terjadilah pertempuran hingga 500 prajurit gugur. Saluran air rusak menyebabkan pasokan air terputus. Masyarakat kehausan dalam keadaan terkepung di dalam kota.
Pasukan Normandia menyatakan akan menjamin keamanan penduduk Barbastro, tapi kemudian berkhianat dan membunuh seluruh penduduk, kecuali panglima Ibnu At-Thawil dan Al-Qadhi Ibnu Isa serta beberapa bangsawan. Mereka merampas harta yang tidak terhitung banyaknya, korban dan tawanan mencapai jumlah sekitar 100.000 – 500.000 orang. Mereka dibunuh karena orang-orang Normandia khawatir akan datangnya bala bantuan dari kaum muslimin.
Pemimpin kota meminta jaminan keamanan bagi sisa-sisa penduduk Barbastro untuk menyelamatkan diri. Namun mereka berdesakan di pintu kota hingga banyak yang mati. Sebagian turun dari benteng dengan menggunakan tali, sementara 700 orang bangsawan berkumpul di tengah kota mendapat jaminan. Lalu musuh menjarah harta-harta mereka.
Sebagian penduduk ada yang berhasil menyelamatkan diri ke puncak-puncak gunung setelah diberi jaminan kemanan. Namun di tengah jalan dibantai oleh pasukan yang tidak mengetahui tentang jaminan keamanan itu.
Bangsa Normadia ini tega menodai para wanita di depan ayah, suami, dan keluarga mereka. Para Wanita, gadis, dan anak-anak dihadiahkan oleh pasukan Normandia ini kepada pemimpin-pemimpin mereka. Para budak Normandia disuruh menodai para budak kaum muslimin.
Sejarawan Ibnu Hayyan menyebut ini semua akibat kemaksiatan dan ketidakpedulian diantara kaum muslimin, bahkan bakhil untuk mendoakan mereka.
Al-Muqtadir mengumumkan perang
Al-Mu’tamid bin Abbad diutus Bersama 500 pasukan berkuda dari Sevilla pada Jumadal Ula 457 H/April 1065 M. Mereka berhasil membunuh 1.000 prajurit kavaleri, 500 parajurit infanteri, dan menawan 5.000 wanita Kristen.
Barbastro berhasil direbut Kembali setelah 9 bulan lamanya dikuasai kaum Kristen Normandia.
Selain sebagai pemimpin, Al-Muqtadir Ahmad bin Sulaiman juga dikenal sebagai ilmuwan yang menguasai filsafat, matematika, dan ilmu falak. Ulama di sekitarnya adalah Al-Allamah Al-Faqih Abul Walid Al-Baji, menterinya adalah Al-Mutharrif bin Ad-Dabagh. Setelah 35 tahun memerintah, Al-Muqtadir wafat pada 475 H/1081 M akibat gigitan anjing.
Yusuf Al-Mu’taman bin Hud
Sebelum wafat Al-Muqtadir Ahmad bin Sulaiman membagi kekuasaan kepada dua anaknya: Yusuf Al-Musta’man diserahi wilayah Zaragoza dan Al-Mundzir diserahi wilayah La Reda, Tortosa, Denia, dan Manticon.
Mereka saling berebut wilayah. Yusuf Al-Mu’taman bersekutu dengan Compeador dan pasukan bayarannya dari Castille; sedangkan Al-Mundzir bersekutu dengan Sancho penguasa Aragon dan Ramon penguasa Barcelona.
Namun dalam perseteruan ini Al-Mundzir kalah telak di sebuah benteng di dekat La Reda pada 475 H/1082 M.
Yusuf Al-Mu’taman berusaha merebut Valencia. Namun, pemimpin Valencia, Abu Bakar bin Abdul Aziz segera menikahkan putrinya kepada Ahmad Al-Musta’in bin Yusuf Al-Mu’taman pada 27 Ramadhan 477 H/1 Februari 1085 M.
Yusuf Al-Mu’taman adalah seorang ilmuwan. Karyanya dalam ilmu falak Risalah Al-Istikmal wal Munadzir diterjemahkan ke Bahasa latin pada abad 12, dan dinilai keilmiahannya lebih tinggi dari Ecledius dan Magesti. Yusuf Al-Mu’taman wafat pada 478 H/1085 M, tahun dimana pihak Kristen dapat menguasai Toledo dari Bani Dzunnun.
Ahmad Al-Musta’in bin Hud
Ia mengantikan ayahnya memimpin Zaragoza. Hal pertama yang dilakukannya adalah menghadapi serangan-serangan kerajaan Kristen dan menghadapi Raja Alfonso yang ingin merebut Zaragoza setelah berhasil menaklukkan Toledo.
Ahmad Al-Musta’in berusaha meminta bantuan, juga menawarkan jizyah kepada Raja Alfonso. Tapi ditolak. Alfonso menyebar mata-mata ke Zaragoza untuk menyebar opini positif tentang dirinya. Namun tidak berhasil.
Kerajaan Castille Melemah
Terdengar kabar kaum Murabithun datang ke wilayah Andalusia. Alfonso segera mengirim utusan kepada Ahmad Al-Musta’in bahwa ia menerima tawaran jizyah dari Zaragoza. Setelah kemenangan Kaum Murabithun melawan kaum Kristen di Zallaqah pada 479 H/1086 M, Castille pun melemah dan tidak lagi menjadi ancaman bagi Zaragoza.
Al-Musta’in memanfaatkan situasi ini untuk merebut Valencia. Untuk itu ia mengandalkan tantara bayaran Kristen pimpinan Compeador. Valencia dikepung dan ditembaki manjaniq, hingga kaum muslimin disana kelaparan, memakan daging anjing, tikus, dan bangkai manusia.
Valencia akhirnya jatuh ke tangan Compeador pada tahun 488 H/1095 M, dan menjadi milik pihak Kristen hingga kaum Murabithun merebutnya pada 495 H/1102 M.
Menghadapi Dua Bahaya
Di hadapan Al-Musta’in ada dua bahaya yang mengancam: Pihak Kristen di Utara dan Kaum Murabithun yang berusaha menyatukan Andalusia. Akhirnya ia wafat dalam pertempuran di Valtira pada bulan Rajab 503 H/Januari 1110 M.
Runtuhnya Bani Hud
Al-Musta’in digantikan oleh putranya yang bernama Abdul Malik. Ia dibaiat oleh masyarakat dengan syarat tidak akan pernah bersekutu dengan kaum Kristen. Namun, Abdul Malik mengingkari janjinya, sehingga rakyat marah dan mengirim pesan kepada kaum Murabithun setelah minta fatwa para ulama.
Kaum Murabithun masuk ke Zaragoza pada tahun 503 H/1110 M.