Imam Al-Ashfahani menerangkan bahwa an nifaq diambil dari kata an-nafaq artinya jalan tembus. Dalam surat Al-An’aam disebutkan,
وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ
“Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mu`jizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil.” (QS. Al An’aam, 6: 35).
Orang Arab berkata: naafaqal yarbu’, binatang yarbu’ telah melakukan nifak, karena ia masuk ke satu lubang lalu kelar dari lubang yang lain. Dalam pengertian ini kata an-nifaaq digunakan. Sebab orang-orang munafik ketika bertemu dengan orang-orang Islam mereka suka menampakkan dirinya sebagai seorang muslim, sementara ketika bertemu dengan kawan-kawan mereka sesama kafir, mereka kembali lagi ke wajah mereka yang asli, sebagai orang-orang kafir.
Ciri-ciri Orang Munafiq
Di pembukaan surat Al-Baqarah setelah menceritakan ciri-ciri orang-orang beriman dan ciri-ciri orang-orang kafir, Allah Ta’ala lmenceritakan ciri-ciri orang-orang munafiq secara panjang lebar. Ringkasnya sebagai berikut:
- Di mulut mereka mengatakan beriman kepada Allah dan hari Kiamat, sementara hati mereka kafir (lihat: QS. Al Baqarah, 2: 8-10).
- Ketika dikatakan kepada mereka agar jangan berbuat kerusakan, mereka mengaku berbuat baik (lihat: QS. Al Baqarah, 2: 11-12).
- Ketika bertemu dengan orang-orang beriman mereka menampakkan keimanan, tetapi ketika kembali ke kawan-kawan mereka sesama syetan mereka kembali kafir.
- Ibarat orang berbisnis mereka sedang membeli kekafiran dengan keimanan. Sebab setiap saat wajah mereka berganti-ganti tergantung dengan siapa mereka pada saat itu sedang bersam-sama.
- Ibarat pejalan dalam kegelapan, setiap kali mereka menyalakan obor, seketika obor itu padam kembali.
- Ibarat orang-orang yang ketakutan mendengarkan petir saat hujan turun, mereka selalu menutup telinga karena takut kebenaran yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke hati mereka.
Wallahu a’lam bishshawab.