Syirkul Asghar (syirik kecil)
Syirkul ashghar adalah perbuatan syirik yang tidak menyebabkan pelakunya murtad/keluar dari millah (agama). Salah satu bentuk syirik kecil yang disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah perbuatan riya:
عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيْدٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ. قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ”. يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ اْلقِيَمَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ: “اِذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تَرَاؤُنَ فِي الدُّنْيَا، فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً”.
Diriwayatkan dari Mahmud bin Labid bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh yang paling aku takuti atasmu adalah asy-syirk al-ashgar. Sahabat bertanya: Apa asy-syirk al-ashgar itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Riya. Allah ketika membalas perbuatan manusia pada hari kiamat berfirman: “Pergilah kepada mereka yang engkau riya untuk mereka di dunia, dan lihatlah apakah engkau mendapatkan balasan pada mereka”. (HR. Ahmad)
Contoh-contoh perbuatan syirik kecil lainnya adalah:
Bersumpah dengan selain nama Allah
مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah, sungguh ia telah kafir atau syirik”. (HR. Tirmidzi)
عَنْ قُتَيْلَةَ امْرَأَةٍ مِنْ جُهَيْنَةَ أَنَّ يَهُوْدِيًّا أَتَى النَّبِيَّ ص فَقَالَ إِنَّكُمْ تُنَدِّدُونَ وَإِنَّكُمْ تُشْرِكُوْنَ تَقُولُونَ مَاشَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ وَتَقُوْلُوْنَ والْكَعْبَةِ فَأَمَرَهُمْ النَّبِيُّ ص إِذَا أَرَادُوا أَنْ يَحْلِفُوا أَنْ يَقُولُوا وَرَبِّ الْكَعْبَةِ وَيَقُوْلُوْنَ مَاشَاءَ اللَّهُ ثُمَّ شِئْتَ
Dari Qutailah, seorang wanita dari suku Juhainah, bahwa seorang laki-laki Yahudi mendatangi Nabi ﷺ lalu berkata: “Sesungguhnya kamu menjadikan tandingan (bagi Allah). Sesungguhnya kamu menyekutukan (Allah). Kamu mengatakan ‘Apa yang Allah kehendaki dan apa yang engkau kehendaki’. Kamu juga mengatakan ‘Demi Ka’bah’. Maka Nabi memerintahkan kaum Muslimin, jika menghendaki sumpah untuk mengatakan ‘Demi Rabb Ka’bah’. Dan agar mereka mengatakan ‘Apa yang Allah kehendaki kemudian apa yang engkau kehendaki’. (HR. Nasai)
Ruqyah, memakai jimat, dan pelet
إنَّ الرُّقًى وَالتَّمَائِمَ وَالتَّوَالَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya ruqyah (mantera/jampi), azimat dan pelet, adalah perbuatan syirik.” (H.R. Ahmad).
Sedangkan ruqyah yang tidak mengandung syirik diperbolehkan berdasarkan hadits berikut,
عَنْ عَوْفٍ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قـال : كُنَّا نَرْقِي فِى الْجَـاهِلِيَّةِ، فَقُلْنـَا يـَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ تَرَى بِذلِكَ ؟ فَقَالَ : أَعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَـأْسَ بِالرُّقْيَةِ مَالَمْ تَكُنْ شِرْكـاً
Dari sahabat ‘Auf bin Malik ra dia berkata : “Kami dahulu meruqyah di masa Jahiliyyah, maka kami bertanya : ‘Ya Rasulullah, bagaimana menurut pendapatmu ?’ Beliau menjawab : ‘Tunjukkan padaku Ruqyah (mantera) kalian itu. Tidak mengapa mantera itu selama tidak mengandung kesyirikan’” (HR. Muslim).
Membenarkan Sihir
ثَلَاثَةٌ لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ: مُدْمِنُ الْخَمْرِ، وَمُصَدِّقٌ بِالسِّحْرِ وَقَاطِعُ الرَّحِمِ
“Tiga (golongan) yang tidak dimasukkan ke dalam surga adalah: pecandu khamr, orang yang membenarkan sihir dan pemutus hubungan kekeluargaan.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Hibbân dalam Shahîh-nya).
Ramalan dan Pedukunan
مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa yang mendatangi Kahin (dukun/peramal) lalu dia mempercayai perkataannya maka dia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad shalallaahu alaihi wasalam.” (HR. Muslim)
مَنْ أَتَى عَرَّافاً فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْئٍ فَصَدَّقَهُ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal kemudian bertanya sesuatu lalu dia mempercayainya, maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari.” (HR. Muslim)
Penyembelihan untuk selain Allah
Contoh perbuatan penyembelihan untuk selain Allah yang termasuk syirik kecil adalah menyembelih hewan/tumbal Ketika akan membangun rumah, membuat jalan, dll.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَيْهِ وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ غَيَّرَ الْمَنَارَ
“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah. Allah melaknat orang yang melindungi pelaku dosa besar/ kebid’ahan. Allah melaknat orang yang melaknat kedua orangtuanya. Allah melaknat orang yang merubah tanda (batas tanah).” (H.R Muslim)
عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَاب، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (دَخَلَ الجَنَّةَ رَجُلٌ فِي ذُبَابٍ، وَدَخَلَ النَّارَ رَجُلٌ فِي ذُبَابٍ) قَالُوْا: وَكَيْفَ ذَلِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟! قَالَ: (مَرَّ رَجُلَانِ عَلَى قَوْمٍ لَهُمْ صَنَمٌ لَا يُجَوِّزُهُ أَحَدٌ حَتَّى يُقَرِّبُ لَهُ شَيْئاً، فَقَالُوْا لِأَحَدِهِمَا قَرِّبْ قَالَ: لَيْسَ عِنْدِيْ شَيْءٌ أُقَرِّبُ قَالُوْا لَهُ: قَرِّبْ وَلَوْ ذُبَاباً، فَقَرَّبَ ذُبَاباً، فَخَلُّوْا سَبِيْلَهُ، فَدَخَلَ النَّارَ، وَقَالُوْا لِلآخَر: قَرِّبْ، فَقَالَ: مَا كُنْتُ لِأُقَرِّبَ لِأَحَدٍ شَيْئاً دُوْنَ الله عَزَّ وَجَلَّ، فَضَرَبُوْا عُنُقَهُ فَدَخَلَ الجَنَّةَ
“Dari Thariq bin Syihab, (beliau menceritakan) bahwa Rasulullah n pernah bersabda, “Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara lalat.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ada dua orang lelaki yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban (memberikan sesaji) sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka pun mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, “Berkorbanlah.” Ia pun menjawab, “Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan.” Mereka mengatakan, “Berkorbanlah, walaupun hanya dengan seekor lalat.” Ia pun berkorban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena sebab itulah, ia masuk neraka. Mereka juga memerintahkan kepada orang yang satunya, “Berkorbanlah.” Ia menjawab, “Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah ‘Azza wa Jalla.” Akhirnya, mereka pun memenggal lehernya. Karena itulah, ia masuk surga.” (HR. Ahmad)
Thiyarah (merasa sial karena sesuatu)
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ؟ قَالَ: أَنْ يَقُوْلَ أَحَدُهُمْ :اَللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.
“Barangsiapa mengurungkan niatnya karena thiyarah, maka ia telah berbuat syirik.” Para Sahabat bertanya: “Lalu apakah tebusannya?” Beliau n menjawab: “Hendaklah ia mengucapkan: ‘Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tiadalah burung itu (yang dijadikan objek tathayyur [merasa sial]) melainkan makhluk-Mu dan tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.’” (HR. Ahmad)
Wallahu A’lam