Berhati-hati terhadap mereka karena selalu berhararapa dapat mengembalikan mu’minin kepada kekafiran
وَدُّوا۟ لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا۟ فَتَكُونُونَ سَوَآءً ۖ فَلَا تَتَّخِذُوا۟ مِنْهُمْ أَوْلِيَآءَ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَخُذُوهُمْ وَٱقْتُلُوهُمْ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ ۖ وَلَا تَتَّخِذُوا۟ مِنْهُمْ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong,” (QS. An-Nisa, 4: 89)
Penjelasan Syaikh Muhammad Sulaiman Al-Asyqar rahimahullah: “Orang-orang munafik menginginkan agar orang-orang beriman menjadi kafir sebagaimana mereka kafir, dan mereka mengharapkan hal tersebut sebagai bentuk keras kapala, kekufuran mereka yang terlalu, dan kesesatan mereka yang berlarut-larut.” (Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir)
Bila tidak memerangi tidak boleh diperangi
إِلَّا ٱلَّذِينَ يَصِلُونَ إِلَىٰ قَوْمٍۭ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُم مِّيثَٰقٌ أَوْ جَآءُوكُمْ حَصِرَتْ صُدُورُهُمْ أَن يُقَٰتِلُوكُمْ أَوْ يُقَٰتِلُوا۟ قَوْمَهُمْ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَسَلَّطَهُمْ عَلَيْكُمْ فَلَقَٰتَلُوكُمْ ۚ فَإِنِ ٱعْتَزَلُوكُمْ فَلَمْ يُقَٰتِلُوكُمْ وَأَلْقَوْا۟ إِلَيْكُمُ ٱلسَّلَمَ فَمَا جَعَلَ ٱللَّهُ لَكُمْ عَلَيْهِمْ سَبِيلًا
“Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.” (QS. An-Nisa, 4: 90)
Penjelasan ayat dalam Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an:
Allah mengecualikan dari memerangi orang-orang munafik tiga golongan:
Pertama, dua golongan yang kita diperintahkan membiarkan mereka; salah satunya adalah orang-orang yang meminta perlindungan kepada suatu kaum yang mengikat perjanjian dengan kaum muslimin, mereka bergabung dengan kaum itu sehingga mereka sama seperti kaum tesebut yang darah dan hartanya terpelihara.
Kedua, orang-orang yang berat hati (merasa keberatan) untuk memerangi kamu atau memerangi kaumnya, mereka lebih suka untuk tidak memerangi kedua-duanya. Terhadap mereka, kita diperintahkan membiarkannya pula.
Ketiga, orang-orang yang mengutamakan maslahat diri mereka, mereka ingin dapat hidup bersama kamu dan aman pula bersama kaumnya. Golongan yang ketiga ini disebutkan pada ayat selanjutnya (ayat 91 surat An Nisaa’).
Bila mereka memerangi maka boleh diperangi
سَتَجِدُونَ ءَاخَرِينَ يُرِيدُونَ أَن يَأْمَنُوكُمْ وَيَأْمَنُوا۟ قَوْمَهُمْ كُلَّ مَا رُدُّوٓا۟ إِلَى ٱلْفِتْنَةِ أُرْكِسُوا۟ فِيهَا ۚ فَإِن لَّمْ يَعْتَزِلُوكُمْ وَيُلْقُوٓا۟ إِلَيْكُمُ ٱلسَّلَمَ وَيَكُفُّوٓا۟ أَيْدِيَهُمْ فَخُذُوهُمْ وَٱقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكُمْ جَعَلْنَا لَكُمْ عَلَيْهِمْ سُلْطَٰنًا مُّبِينًا
“Kelak kamu akan dapati (golongan-golongan) yang lain, yang bermaksud supaya mereka aman dari pada kamu dan aman (pula) dari kaumnya. Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik), merekapun terjun kedalamnya. Karena itu jika mereka tidak membiarkan kamu dan (tidak) mau mengemukakan perdamaian kepadamu, serta (tidak) menahan tangan mereka (dari memerangimu), maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka dan merekalah orang-orang yang Kami berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan membunuh) mereka.” (QS. An-Nisa, 4: 91)
Syaikh Wahbah Az-Zuhaili rahimahullah: “Kelak kamu akan dapati golongan-golongan munafik lain, yang menampakkan keislaman mereka di depan kalian dan menampakkan kekufuran mereka di depan kaum mereka. Setiap mereka diajak kaum mereka untuk kembali kepada kesyirikan dan memerangi orang muslim, mereka pun mengikuti kaumnya dan berkubang dalam fitnah dan kekufuran yang lebih dalam. Karena itu jika mereka tetap memerangi kalian dan tidak mau mengemukakan perdamaian kepada kalian, serta tidak menahan diri mereka untuk memerangi kalian, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka dimana pun kalian menemui mereka. Merekalah orang-orang munafik yang Kami berikan kepadamu alasan yang nyata untuk menawan dan membunuh mereka.”
Berhati-hati terhadap sumpah mereka
يَحْلِفُونَ بِٱللَّهِ مَا قَالُوا۟ وَلَقَدْ قَالُوا۟ كَلِمَةَ ٱلْكُفْرِ وَكَفَرُوا۟ بَعْدَ إِسْلَٰمِهِمْ وَهَمُّوا۟ بِمَا لَمْ يَنَالُوا۟ ۚ وَمَا نَقَمُوٓا۟ إِلَّآ أَنْ أَغْنَىٰهُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ مِن فَضْلِهِۦ ۚ فَإِن يَتُوبُوا۟ يَكُ خَيْرًا لَّهُمْ ۖ وَإِن يَتَوَلَّوْا۟ يُعَذِّبْهُمُ ٱللَّهُ عَذَابًا أَلِيمًا فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۚ وَمَا لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ مِن وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ
“Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.” (QS. At-Taubah, 9: 74)
Penjelasan ayat:
Orang-orang munafik itu bersumpah palsu dengan nama Allah bahwa mereka tidak pernah mengatakan caci maki terhadapmu dan mencela agamamu sebagaimana berita yang sampai ke telingamu. Padahal mereka benar-benar mengatakan sesuatu yang sampai ke telingamu, yaitu mengatakan kata-kata yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam kekafiran. Mereka memperlihatkan kekafiran setelah mereka memperlihatkan keimanan. Mereka benar-benar mengharapkan sesuatu yang belum berhasil mereka capai yaitu menyerang Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-. Tidaklah mereka mengingkari sesuatu kecuali sesuatu yang tidak mungkin diingkari. Yaitu bahwa Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka dengan memberi mereka kekayaan yang berasal dari harta rampasan perang yang Allah berikan kepada nabi-Nya. Jika mereka bertobat kepada Allah dan meninggalkan kemunafikan mereka, niscaya tobat mereka itu akan lebih baik bagi mereka daripada mempertahankan kemunafikan. Jika mereka enggan bertobat kepada Allah, niscaya Allah akan menghukum mereka dengan azab yang sangat menyakitkan di Akhirat dengan memasukkan mereka ke dalam Neraka, sedangkan mereka tidak memiliki siapa pun yang dapat menyelamatkan dan melindungi mereka dari azab tersebut. (Tafsir Al-Mukhtashar)
Tidak menjadikan orang munafik sebagai wali (pelindung, pemimpin, atau penolong)
وَدُّوا۟ لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا۟ فَتَكُونُونَ سَوَآءً ۖ فَلَا تَتَّخِذُوا۟ مِنْهُمْ أَوْلِيَآءَ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَخُذُوهُمْ وَٱقْتُلُوهُمْ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ ۖ وَلَا تَتَّخِذُوا۟ مِنْهُمْ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong,” (QS. An-Nisa, 4: 89)
Waspada terhadap ucapan-ucapan mereka
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (٩) فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (١٠) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (١١) أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ (١٢) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لا يَعْلَمُونَ (١٣)وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (١٤)
- Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.
- Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; mereka mendapat siksa yang pedih, karena mereka berdusta.
- Dan apabila dikatakan kepada mereka,”Janganlah berbuat kerusakan di bumi.” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.”
- Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.
- Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman.” Mereka menjawab, “Apakah kami akan berimankah seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang kurang akal; tetapi mereka tidak tahu.
- Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, “Kami telah beriman”. Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan mereka[11], mereka berkata: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.”