Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah. Jika ada salah seorang telah menunaikannya maka gugur kewajiban atas yang lainnya. Dan jika tidak ada seorangpun yang menunaikan maka berdosa semua.
Shalat jenazah itu dengan empat kali takbir, satu kali berdiri, tanpa ruku’ dan sujud. Syaratnya sama dengan syarat shalat lainnya. Ditambah lagi:
- Ada mayitnya. Madzhab Syafi’i dan Hanbali memperbolehkan shalat ghaib, seperti shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atas An-Najasyi ketika mendengar berita kematiannya, berdasarkan hadits berikut,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَى النَّجَاشِيَّ فِي الْيَوْمِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ خَرَجَ إِلَى الْمُصَلَّى فَصَفَّ بِهِمْ وَكَبَّرَ أَرْبَعًا
“Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumumkan kematian An-Najasyi pada hari kematiannya. Kemudian beliau keluar menuju tempat shalat lalu beliau membariskan shaf kemudian bertakbir empat kali.” (HR. Al-Bukhari no. 1337)
- Mayitnya bukan syahid di medan perang. Sebab jenazah syuhada tidak dimandikan dan tidak dishalatkan. Dalam hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu,
أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِدَفْنِ شُهَدَاءِ أُحُدٍ فِي دِمَائِهِمْ وَلَمْ يُغَسَّلُوْا وَلَمْ يُصَلَّ عَلَيْهِمْ
“Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengubur para syuhada’ Uhud dalam keadaan bercak-bercak darah masih ada pada mereka, tidak dimandikan dan tidak dishalatkan.” (HR Al Bukhari).
Dan menurut madzhab Hanafi, syuhada tidak dimandikan tetapi wajib dishalatkan, merujuk kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mensholati syuhada Uhud, seperti yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi. Syahid yang dimaksud di sini adalah syahid di medan perang
Cara shalat janazah adalah sebagai berikut:
- Niat shalat janazah
- Bertakbir dengan mengangkat kedua tangan, lalu membaca surah Al Fatihah
- Bertakbir kedua dengan mengangkat tangan, lalu membaca shalawat Nabi (shalawat Ibrahimiyah)
- Bertakbir ketiga dengan mengangkat kedua tangan, lalu berdoa untuk jenazah, dengan doa-doa ma’tsur (yang bersumber dari Nabi), antara lain:
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُولُ : صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى جَنَازَةٍ فَحَفِظْتُ مِنْ دُعَائِهِ وَهُوَ يَقُولُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ قَالَ: حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنْ أَكُونَ أَنَا ذَلِكَ الْمَيِّتَ (رواه مسلم)
Dari Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat jenazah, dan aku menghafal do’a yang dilantunkan beliau, beliau membaca: ‘Ya Allah, amunilah ia, sayangilah ia, ma’afkanlah ia, muliakanlah persinggahannya, lapangkanlah pintu masuknya, mandikan ia dengan air, salju, dan embun, bersihkan ia dari kesalahan sebagaimana bersihnya kain putih dari noda, gantikan rumah dengan rumah yang lebih baik dari rumah dunianya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya (di dunia) istri/suami yang lebih baik dari istri/suaminya (di dunia), masukkan ia ke dalam surga, hindarkan ia dari adzab kubur, dan adzab neraka’”. (HR Muslim)
- Bertakbir keempat dengan mengangkat kedua tangan, lalu membaca:
« اللهمّ لا تَحرمنا أجره ولا تَفْتِنّا بعَده ». – رواه الترمذي وأبو داود
“Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau berikan fitnah (ujian) atas kami sesudahnya”. HR. At tirmidzi, Abu Daud – kemudian mengucapkan salam.