Shalat witir hukumnya sunnah muakkadah (ditekankan) menurut jumhurul fuqaha (ahli fiqh). Wajib menurut madzhab Hanafi.
Hukum-hukum yang berkaitan dengan shalat witir adalah:
Pertama, waktunya sesudah shalat isya’ hingga terbit fajar. Disunnahka dikerjakan di akhir malam bagi yang mampu. Seperti disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اجْعَلُوْا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْراً. متفق عليه
“Jadikanlah akhir shalatmu adalah witir.” Muttafaq alaih.
Dan sabdanya yang lain:
قال رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :” إِنَّ اللَّهَ زَادَكُمْ صَلَاةً فَحَافِظُوا عَلَيْهَا ، وَهِيَ الْوَتْرُ ؛ فَصَلُّوْهَا فِيْمَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلىَ صَلاَةِ الْفَجْرِ”. أخرجه أحمد.
“Sesungguhnya Allah telah menambah untuk kalian satu shalat, maka jagalah shalat tersebut. Shalat itu adalah Witir. Maka shalatlah di antara shalat Isya` sampai shalat fajar”. (HR Ahmad)
Kedua, bilangan rakaatnya: satu, tiga, lima, tujuh, sembilan, atau sebelas rakaat,
الْوِتْرُ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِخَمْسٍ فَلْيَفْعَلْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِثَلَاثٍ فَلْيَفْعَلْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِوَاحِدَةٍ فَلْيَفْعَلْ
“Shalat Witir wajib bagi setiap muslim. Barang siapa yang ingin berwitir dengan lima raka’at, maka kerjakanlah. Yang ingin berwitir tiga raka’at, maka kerjkanlah; dan yang ingin berwitir satu raka’at, maka kerjakanlah!” (HR Abu Dâwud, an-Nasa`i dan Ibnu Majah).
Tiga rakaat adalah kesempurnaan minimal, boleh dengan bersambung dengan hanya sekali salam, atau terpisah-pisah salam setiap dua rakaat, kemudian shalat dengan rakaat yang ketiga. Inilah madzhab Hanafi, yang shalat witirnya seperti shalat maghrib.
Ketiga, disunnahkan membaca doa qunut di rakaat akhir sebelum ruku’ (menurut madzhab Hanafi), sesudah ruku’ menurut madzhab Hanbali dan Syafi’i.
Menurut madzhab Syafi’i, qunut witir hanya ada di separo kedua bulan Ramadhan. Dari al-Hasan bin ‘Ali radhiyallahu ahuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajariku bacaan yang kuucapkan pada shalat Witir,
اللّهُمَّ اهْدِنِي فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِـيْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ » رواه أحمد وأصحاب السنن
“Ya Allah tunjukilah aku bersama orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Sehatkan aku bersama orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Lindungilah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau lindungi. Berkahilah apa saja yang Engkau beri. Lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Menetapkan, dan tidak bisa ditetapkan atasmu. Sesungguhnya tidak akan pernah nista orang yang telah Engkau lindungi. Engkaulah Rabb kami Maha Pemberi berkah, dan Maha Tinggi.” (HR. Ahmad dan Ashabussunan). ‘
Atau dengan membaca do’a Umar,
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِينُكَ، وَنَسْتَهْدِيكَ، وَنَسْتَغْفِرُكَ، وَنَتُوبُ إِلَيْكَ، وَنُؤْمِنُ بِكَ، وَنَتَوَكَّل عَلَيْكَ، وَنُثْنِي عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ، نَشْكُرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ، اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ، وَلَكَ نُصَلِّي وَنَسْجُدُ، وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُو رَحْمَتَكَ، وَنَخْشَى عَذَابَكَ، إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ
“Ya Allah sesungguhnya kami mohon pertolongan-Mu, meminta petunjuk-Mu, meminta ampunan-Mu, bertaubat kepada-Mu, beriman dengan-Mu, berserah diri atas-Mu, memuji-Mu dengan seluruh kabaikan, bersyukur kepada-Mu, tidak mengingkari-Mu. Kami mencabut,meninggalkan orang-orang yang mendurhakai-Mu, Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembar, dan hanya karena-Mu kami shalat dan sujur. Hanya kepada-Mu kami berusaha bergegas, kami mengharap rahmat-Mu, kami takut adzab-Mu, sesungguhnya adzab-Mu atas orang kafir pasti akan mengena.”
Do’a ini diriwayatkan dari Abdullah ibn Mas’ud. Doa ini yang lebih afdhal menurut madzhab Hanafi.
Keempat, disunnahkan shalat witir dengan berjamaah di bulan Ramadhan, mengikuti sunnahnya berjamaah shalat tarawih. Diperbolehkan pula shalat witir berjamaah di luar bulan Ramadhan. Sebagaimana diperbolehkan shalat jamaah untuk shalat sunnah lainnya yang tidak ditemukan dalil disunnahkan berjamaah untuk melaksanakannya.
Kelima, disunnahkan mengqadha witir, jika sudah lewat waktunya. Jika telah menunaikan shalat witir di awal malam, kemudian bangun dan shalat sunnah nafilah, maka tidak usah mengulang shalat witir, karena sabda Nabi,
«لا وِترانِ في ليلة»، رواه أحمد والثلاثة
“Tidak ada dua witir dalam satu malam”. HR Ahmad dan tiga ulama hadits lain.
Keenam, disunnahkan bagi orang yang telah selesai shalat witir mengucapkan,
سبحانَ الملِك القدُّوس ثلاثاً. روى ذلك أبو داود في سننه
“Maha Suci Yang Maha Kuasa dan Maha Suci.” (tiga kali) (HR. Abu Dawud)