Pada 2 Oktober 2018, jurnalis Saudi yang tinggal di Amerika Serikat, Jamal Khashoggi, dibunuh di dalam konsulat negaranya di kota Istanbul, Turki. Pembunuhannya mengakibatkan runtuhnya hubungan yang memang sebelumnya sudah koyak antara Turki dan Arab Saudi.
Namun, tiga setengah tahun pasca insiden itu, tampaknya Turki dan Arab Saudi sedang berusaha untuk membangun kembali jembatan yang runtuh, bergerak maju dengan pemulihan hubungan antara kedua negara, dan “menutup halaman tentang Khashoggi,” demikian menurut Associated Press.
Pada perjalanan pertamanya ke Arab Saudi sejak 5 tahun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memeluk Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yang menandai awal dari halaman baru hubungan, dan menunjukkan pemulihan hubungan yang akan segera terjadi antara dua kekuatan Muslim Sunni.
Ada apa dibalik langkah diplomatik Turki?
Langkah diplomatik Turki terhadap negara-negara Teluk tak bisa dipisahkan dengan krisis ekonomi yang terjadi di Turki sejak dua dekade terakhir. Turki sedang berusaha menarik investasi asing ke negara itu dengan memperkuat hubungan dengan negara-negara Teluk yang kaya dan bekerja sama dengan mereka sebagai mitra dan sekutu baru.
Langkah serupa juga dilakukan Turki untuk meningkatkan hubungan dengan Mesir dan Israel.
Setelah sebelumnya Turki memperbaiki hubungannya dengan UEA, Abu Dhabi mengumumkan pengucuran dana sebesar $10 miliar untuk mendukung investasi di Turki dan mengambil langkah lain untuk mendukung perekonomian.
Dengan kondisi ekonomi yang memburuk, tingkat inflasi resmi Turki mencapai 61%, sementara lira terdepresiasi sebesar 44% terhadap dolar tahun lalu.
Angka-angka ini bukan pertanda baik bagi Erdogan serta menjelaskan sejauh mana masalah ekonomi Turki yang dapat mengancam cengkeraman kekuasaan presiden Turki itu dimana pemilihan umum Turki yang dijadwalkan tahun depan semakin dekat.
Sebaliknya, Saudi sedang menikmati tahun ekonomi yang makmur, dengan ekspektasi peningkatan volume cadangan devisa di Kerajaan.
Harga minyak yang tinggi diperkirakan akan menghasilkan pendapatan lebih dari $400 miliar untuk KSA tahun ini, yang berarti, Riyadh memiliki modal besar untuk berinvestasi di Turki.
Mengapa sikap Arab Saudi berubah?
Perubahan sikap Arab Saudi dengan Turki terjadi saat KSA berusaha untuk memperluas aliansinya ditengah hubungan yang tegang dengan Amerika Serikat.
Putra mahkota Saudi Muhammad Bin Salman diketahui belum pernah melakukan pembicaraan langsung dengan Presiden AS Joe Biden sejak ia menjabat lebih dari setahun yang lalu.
Dan sejumlah anggota parlemen dari partai Demokrat AS meminta agar Biden bersikap lebih “keras” terhadap “pembangkangan” Arab Saudi.
Saat ini, mereka menggambarkan KSA sebagai “mitra strategis yang buruk” karena komitmen mereka pada kesepakatan yang dipimpin OPEC dengan Rusia yang menurut para kritikus telah memperburuk krisis pasokan minyak di tengah perang di Ukraina.
Dan bisa jadi, motif terkuat untuk melakukan rekonsiliasi dengan Turki adalah “keinginan putra mahkota MBS yang ingin segera mengakhiri skandal pembunuhan Khashoggi, yang terus membayangi dan merusak reputasinya.”
Sebelum pembunuhannya, Khashoggi pernah menulis kolom untuk Washington Post yang memuji reformasi sosial Mohammed bin Salman sambil mengungkapkan keprihatinannya tentang penangkapan yang berkelanjutan terhadap para pengkritiknya.
Bagaimana Turki menekan Arab Saudi?
Setelah Pembunuhan Khashoggi, pihak berwenang Turki membagikan rekaman audio pembunuhan mengerikan itu kepada dinas intelijen Barat, yang menunjukkan bahwa Konsulat Saudi disadap dan jurnalis Saudi itu dibunuh.
Intelijen AS kemudian menyimpulkan bahwa operasi itu tidak akan terjadi tanpa persetujuan Pangeran Mohammed bin Salman, tetapi putra mahkota membantah terlibat.
Erdogan sendiri tidak menyebutkan secara eksplisit nama Mohammed bin Salman, namun ia mengatakan bahwa operasi pembunuhan Khashoggi diperintahkan oleh “orang tertinggi” di pemerintahan Saudi.
Turki mengajukan kasus terbuka terhadap 26 tersangka Saudi, tetapi beberapa hari sebelum Erdogan tiba di Arab Saudi, jaksa penuntut umum Turki menangguhkan kasus tersebut dengan melimpahkannya ke KSA.
Apa yang telah terjadi saat hubungan Saudi-Turki tegang?
Arab Saudi meluncurkan larangan tidak resmi pada ekspor Turki, yang menyebabkan mengurangnya volume perdagangan bilateral antara kedua negara sekitar $5 miliar.
Riyadh juga melarang (dalam tempo waktu tertentu) serial-serial Turki yang sangat populer dan telah dialih suarakan ke dalam bahasa Arab untuk disiarkan di stasiun televisi satelitnya.
Selama beberapa tahun terakhir, serial-serial Turki telah membantu meningkatkan pengaruh budaya Ankara di Timur Tengah dan telah menarik pariwisata dan investasi ke Turki.
Sebelum pembunuhan Khashoggi, investasi Saudi di Turki telah mencapai hampir $2 miliar.
Sementara investasi Turki di Arab Saudi diperkirakan mencapai $660 juta.
Lebih dari 200 perusahaan Turki beroperasi di Arab Saudi, menurut Kementerian Luar Negeri Turki.
Warga Saudi sendiri telah membeli lebih dari 3.500 properti di Turki, setahun sebelum Khashoggi dibunuh, khususnya pada tahun 2017.
Apa dampak dari kembali membaiknya hubungan Saudi-Turki?
Untuk saat ini, Iran adalah pihak yang paling mengkhawatirkan bagi Arab Saudi dan UEA, dimana saat ini Teheran perlahan-lahan bergerak menuju kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat yang bisa membuat AS mencabut sanksi utama terhadap Teheran.
Meskipun tidak bermusuhan, beberapa tahun terakhir Turki dan Iran telah bersaing untuk memperebutkan kekuasaan di Suriah dan Irak, meskipun mereka tetap mempertahankan hubungan ekonomi yang kuat antar kedua negara. Dan aliansi dekat Turki dengan negara-negara Teluk dapat meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Kedekatan Turki dengan negara-negara Teluk juga diprediksikan akan sedikit membuka penyelesaian konflik Libya dimana Turki dan Emirat terlibat perang melalui proxi mereka masing-masing.
Pemulihan hubungan dengan negara Teluk juga dapat meringankan isolasi diplomatik yang dihadapi Turki dari beberapa negara barat.
Namun, menurut Associated Press, sikap saling tidak percaya besar kemungkinan akan muncul kembali antara Erdogan dan Mohammed bin Salman dikemudian hari.
Sumber: Associated Press dan Alhurra.