(Dikutip dari tulisan Taufik M. Yusuf dalam buku Saudi dan Ikhwan: Dari Kemesraan Sampai Perseteruan)
Tahun 1967, Stasiun BBC mewawancarai As-Syahid Raja Faishal dan menanyakan padanya: “Apa peristiwa yang paling ingin anda lihat di kawasan timur tengah?”
Dengan lugas dan tenang Raja Faishal kemudian menjawab dengan sebuah jawaban yang menakjubkan, mengejutkan bagi sebagian orang sekaligus menjadi peringatan bagi para pemimpin dunia, “Yang paling utama dari semuanya adalah hilangnya negara Israel (dari muka bumi ini)”.
Sejarawan Ikhwan; Ustadz Mahmud Abdul Halim menceritakan bahwa kepedulian Raja Faishal bin Abdul Aziz terhadap permasalahan Palestina—dan hubungan dekatnya dengan Ikhwan—sudah terjadi jauh-jauh hari ketika ia masih menjabat sebagai menteri luar negeri. Tepatnya ketika tahun 1938 Pangeran Faishal menghadiri Konferensi Internasional pertama untuk Palestina di Markas Umum Ikhwan Kairo.
“Para pemimpin dan tokoh-tokoh penting utusan-utusan negara Arab dan Islam mulai berdatangan ke Markas Umum Ikhwanul Muslimin. Diantara mereka yang hadir adalah Pangeran Faishal bin Abdul Aziz Alu Sa’ud dan Pangeran Ahmad bin Yahya serta saudara-saudara keduanya. Mereka datang sebagai utusan dari ayah keduanya yaitu Raja Saudi dan Imam Yaman untuk bermusyawarah bersama pemerintah Mesir dan Ikhwan tentang langkah-langkah yang perlu diambil untuk menyelamatkan Palestina.” (Al-Ikhwan Al-Muslimun Ahdats Shana’a At-Tarikh, Mahmud Abdul Halim, Hal: 181, Juz 1, Cet ke 5, Dar Ad-Dakwah, Tahun 1994)
Pada tahun 1939 ia menghadiri Konferensi London tentang Palestina. Ketika Majelis Umum PBB yang berkedudukan di AS mengeluarkan resolusi pembagian wilayah Palestina untuk Yahudi dan Arab tahun 1947, Pangeran Faishal mendesak ayahnya untuk memutuskan hubungan diplomatik antara Saudi dan AS. Namun hal itu tidak disetujui oleh Raja Abdul Aziz.
Setelah meninggalnya sang ayah dan kekuasaan di serahkan kepada Raja Sa’ud bin Abdul Aziz, Pangeran Faishal diangkat sebagai putra mahkota. Ia sangat peduli dengan isu Palestina dan dekat dengan Mufti Palestina waktu itu Al-‘Allamah Al-Hajj Muhammad Amin Al-Husaini. Berdasarkan keputusan World Muslim Congres yang berlangsung di Makkah pada 18 Mei 1962, Raja Faishal kemudian mendirikan Muslim World League (Liga Muslim Dunia) yang salah satu tujuan utamanya adalah memperjuangkan masalah Palestina.
Raja Faishal menjadikan masalah Palestina sebagai hal prioritas yang harus didahulukan ketimbang kemaslahatan-kemaslahatan lain. Hal ini tidak aneh dikarenakan para penasehat raja Faishal seperti Syeikh Mahmud As-Shawwaf dan Dr. Ma’ruf Ad-Duwailibi adalah tokoh-tokoh Ikhwan. Selama hidupnya, Raja Faishal memberikan segenap upayanya untuk menyatukan para pemimpin Arab dan menjadikan isu Palestina sebagai prioritas. Berulangkali ia menyatakan keinginannya untuk shalat di Baitul Maqdis setelah dibebaskan dari penjajahan zionisme ataup ia mati syahid membelanya.
Inilah pidato beliau tentang pembelaannya kepada Baitul Maqdis dan Palestina: