Oleh: Ferry Nur S.Si
Syekh Ahmad Yasin adalah seorang mujahid, pejuang yang tidak kenal lelah, yang telah mengorbankan darah dan nyawanya untuk membebaskan masjid Al Aqsha dan tanah wakaf kaum muslimin dari penjajah zionis Israel.
Mulai dari masa remaja hingga beliau meraih syahid di jalan Allah, Senin, 1 Shafar 1425 H/ 22 Maret 2004 M, hidupnya selalu terkait dan terikat dengan gerakan dakwah, gerakan amar ma’ruf nahi munkar, gerakan perjuangan melawan segala tindak kezaliman yang di lakukan penjajah zionis Israel terhadap bangsa Palestina.
Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. Allah akan memberi pimpinan kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka, dan memasukkan mereka ke dalam jannah yang telah diperkenankanNya kepada mereka.(QS: Muhammad/47 : 4-6).
Musibah yang menimpa beliau pada musim panas tahun 1952 M yang menyebabkan kelumpuhan anggota tubuhnya tidak menghalangi dirinya untuk berjuang, berdakwah, membantu masyarakat yang sengsara dan menderita akibat penjajahan zionis Israel.
Beliau membentuk organisasi nirlaba yang bernama Al Mujama’ Al Islami yang memiliki misi memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat dalam situasi dijajah zionis Israel, dan membantu menyelesaikan persengketaan sosial masyarakat Palestina.
Oleh karena itu rumah beliau selalu terbuka bagi rakyat Palestina yang sedang menghadapi problem bahkan konflik keluarga untuk diselesaikan secara adil lagi bijaksana.
Dengan sikap penuh kebapak-an, arif lagi bijaksana dan ‘izzah yang dimiliki, tidak sedikit warga masyarakat yang mengurungkan niatnya untuk menyelesaikan permasalahan perdata melalui jalur pengadilan.
Berbekal iman dan takwa dengan kekuatan ruhiyah yang tinggi, sosok Syekh Ahmad Yasin telah menggentarkan musuh Allah, musuh orang-orang yang beriman , yaitu zionis Yahudi.
Syekh Ahmad Yasin biasa bangun sebelum waktu subuh tiba. Kemudian berwudhu dan dilanjutkan dengan sholat tahajud. Dalam shalat sunnahnya, beliau biasa membaca Al Qur’an minimal satu juz. Saat azan subuh dikumandangkan beliau pergi ke masjid melaksanakan shalat dengan berjama’ah. Setelah itu membaca Al Qur’an sampai jam tujuh pagi.
Bahkan di hari syahidnya, beliau beri’tikaf di masjid Al Mujama’ Al Islami dan berniat shaum sunnah hari Senin setelah meminum segelas air putih, Subhanallah, Allahu Akbar wa lillahil hamd, betapa indahnya akhir kehidupan pejuang Palestina yang nama lengkapnya Ahmad Ismail Yasin, lahir pada tahun 1938 di sebuah Hamlet kecil -perumahan miskin- di Al Jaura (kini sudah musnah) pinggiran kota Mijdal, Selatan Jalur Gaza dekat kota Ashkelon Israel.
Enam hari sebelum menemui syahidnya, Syekh Ahmad Yasin telah menyiapkan surat untuk Konferensi Arab yang berlangsung di Tunisia, 28 Maret 2004 M.
Dalam surat tersebut beliau menjelaskan bahwa Tanah Palestina adalah tanah Arab dan Islam yang telah direbut Yahudi Zionis dengan kekerasan senjata dan tidak akan kembali kecuali dengan kekuatan senjata pula. Ia adalah tanah wakaf untuk Islam yang tidak boleh dikonsesikan satu jengkal-pun, sampai ketika kita tidak memiliki kekuatan yang memadai untuk mempertahankannya.
Selanjutnya beliau tegaskan, Jihad di Palestina adalah hak legal bagi bangsa Palestina dan hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim. Lebel teroris yang dialamatkan oleh musuh-musuh Allah kepada kami, itu akan tertolak, baik oleh kami maupun seluruh bangsa Arab dan Islam.
Sebagai seorang pejuang Palestina dan tokoh spiritual Hamas, beliau pernah mengucapkan: Saya baktikan hidup saya ini untuk selalu bekerja, dan bukan hanya sekedar menulis. Kehidupan saya seluruhnya adalah aktualisasi dari apa yang saya baca dan saya pelajari. Jika saya mempelajari satu ayat atau hadits, maka itu segera saya amalkan dan saya sampaikan kepada yang lain.
Kemudian beliau melanjutkan: Kemenangan dan kemerdekaan pasti akan tiba. Yang terpenting, saya dan para juru dakwah lainnya bisa memberikan kontribusi untuk membantu perjuangan rakyat Palestina guna mengantarkan mereka menuju gerbang kemenangan dan kemerdekaan.