Tanya : Siapakah Malaikat itu?
Jawab : Malaikat adalah makluk cahaya; tidak makan, tidak minum, tidak tidur, dan tidak berjenis kelamin. Mereka adalah alam lain yang berdiri sendiri dan berbeda fisik dan jasadnya.
Tanya : Dari manakah asal penciptaan mereka?
Jawab : Allah Ta’ala telah menciptakan malaikat dari cahaya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُوْرٍ
“Malaikat telah diciptakan dari cahaya” (HR Muslim).
Tanya: Apa tugas (pekerjaan) mereka?
Jawab: Mereka mengurus alam semesta ini sesuai iradah dan masyi’ah (kehendak) Allah Ta’ala. Dia mendayagunakan malaikat untuk melaksanakan perintah-Nya, dan mereka pun tidak akan melakukan sesuatu kecuali dengan perintah Allah Ta’ala.
Firman Allah Ta’ala,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
“Dan mereka berkata: ‘Tuhan yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak’, Maha suci Allah, sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.” (Q.S Al-Anbiya (21) ayat 26-27)
Ayat di atas diturunkan untuk membantah tuduhan-tuduhan orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu anak Allah.
Di antara tugas mereka adalah:
- Bertasbih dan tunduk secara total dan sempurna kepada Allah Ta’ala.
- Turun membawa wahyu.
- Mencatat semua amal.
Firman Allah Ta’ala,
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ كِرَامًا كَاتِبِينَ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ
“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Infithar (82) ayat 10-12)
- Mewafatkan dan mencabut nyawa
Tanya: Apakah beriman kepada malaikat adalah kewajiban?
Jawab: Ya. Allah Ta’ala telah mengabarkan kepada kita tentang mereka dalam kitab-Nya, jadi iman kepada malaikat itu wajib dan salah satu rukun iman. Firman Allah Ta’ala,
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan Rasul-Rasul-Nya. (Mereka mengatakan): ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari Rasul-Rasul-Nya’, dan mereka mengatakan: ‘Kami dengar dan kami taat. ‘ (mereka berdoa): ‘Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.'” (Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 285)
Makna Malaikat
- Menurut mayoritas ulama Islam, malaikat adalah makhluk halus yang diciptakan dari cahaya dan mampu berubah-ubah bentuk yang berbeda.
- Menurut sekte Nasrani, malaikat adalah ruh yang telah terpisah dari tubuhnya, dapat berbicara, dan memiliki sifat bersih dan baik.
- Menurut golongan penyembah berhala, malaikat adalah bintang yang bertugas memberi kebahagiaan atau kesengsaraan. Malaikat pemberi kebahagiaan disebut Malaikat Rahmah, dan malaikat yang memberi kesengsaraan disebut malaikat azab. Dengan demikian bintang menurut mereka adalah makhluk hidup yang dapat berbicara. [1]
Dalil-dalil Iman Kepada Malaikat
Sebagaimana telah kami katakan bahwa jalan menuju iman kepada malaikat adalah melalui periwayatan yang shahih dari dalil-dalil Al Qur’an dan sunnah, dan akal dalam hal ini tidak memiliki peran kecuali tunduk kepada apa yang telah dijelaskan oleh wahyu.
Hukum Beriman Kepada Malaikat
Keberadaan malaikat diperkuat dengan dalil al Qur’an, sunnah dan ijma, maka iman kepada malaikat hukumnya wajib, dan barang siapa yang mengingkari keberadaan mereka maka ia telah kafir.
Dalil-dalil Al-Qur’an
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman, Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan Rasul-Rasul-Nya. (mereka mengatakan): ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari Rasul-Rasul-Nya’, dan mereka mengatakan: ‘Kami dengar dan kami taat. ‘ (mereka berdoa): ‘Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.'” (QS Al Baqarah ayat 285)
Di Al Qur’an juga terdapat surat yang diberi nama surat Malaikat yaitu surat Faathir.
Dalil-dalil Hadits
Di antara hadits yang paling populer berkaitan dengan tema ini adalah Hadits Jibril. Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ditanya Jibril tentang apa itu iman, beliau menjawab:
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“ (H.R. Muslim)
Dengan demikian jelaslah bahwa iman kepada malaikat adalah salah satu rukun aqidah Islamiyah dan tidak akan diterima iman seorang muslim tanpa mengimani rukun ini. Mungkin terlintas di pikiran anda sebuah pertanyaan: Kenapa iman kepada malaikat menjadi salah satu rukun iman ?
Jawabannya adalah seperti yang dijelaskan Muhammad Abduh didalam tafsirnya ia berkata : “Bahwa iman kepada malaikat adalah pokok iman kepada wahyu, karena malaikat penyampai wahyu adalah ruh yang berakal yang memiliki ilmu yang luas dengan izin Allah, disampaikannya kepada ruh Nabi sebagai pokok agama, karenanya penyebutan malaikat didahulukan atas penyebutan kitab dan para Nabi. Sebab merekalah yang datang kepada para Nabi membawa kitab, karenanya mengingkari malaikat berarti mengingkari wahyu, kenabian dan ruh, yang demikian itu berarti mengingkari hari akhir, dan orang yang mengingkari hari akhir tujuan utamanya adalah kenikmatan dunia, syahwat dan segala tuntutannya. Hal ini adalah sumber kesengsaraan di dunia sebelum di akhirat. [2]
Sifat-sifat Malaikat
Sebagaimana telah kami jelaskan bahwa dalil-dalil tentang malaikat telah didukung dengan dalil wahyu, dan wahyulah yang menjelaskan kepada kita dari apa mereka diciptakan dan seperti apa tabiat mereka: AllahTa’ala telah menciptakan malaikat dari cahaya sebagaimana Adam diciptakan dari tanah, jin diciptakan dari api.
Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُوْرٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
“Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diceritakan pada kamu (tanah). ” (HR. Muslim)
Berikut ini sifat-sifat Malaikat yang disebutkan di dalam Al-Qur’an:
Allah Ta’ala berfirman,
يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (Q.S. An Nahl ayat 50)
لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
“Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.” (Q.S. Al Anbiyaa ayat 27)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At Tahriim ayat 6)
Malaikat adalah Makhluk Istimewa yang Tidak Disifati dengan Sifat Laki-laki atau Perempuan
Orang-orang musyrikin Arab Jahiliyah beranggapan bahwa malaikat adalah anak-anak perempuan Allah, dan mereka telah melakukan kebodohan besar ketika mengatakan bahwa Allah memiliki anak dan anak-anaknya adalah para wanita (malaikat). Di sisi lain mereka tidak senang dengan anak-anak perempuan sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.” (QS An Nahl ayat 58)
Allah Ta’ala berfirman tentang kebohongan mereka,
وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ
“Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban.” (Q.S. Az Zukhruf ayat 19)
أَفَأَصْفَاكُمْ رَبُّكُمْ بِالْبَنِينَ وَاتَّخَذَ مِنَ الْمَلَائِكَةِ إِنَاثًا إِنَّكُمْ لَتَقُولُونَ قَوْلًا عَظِيمًا
“Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang dia sendiri mengambil anak-anak perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya).” (Q.S. Al Israa ayat 40)
Syaikh Al-Albani berkata: “Bukan sesuatu yang aneh keyakinan yang salah ini masih mempengaruhi akal dan hati banyak orang, contoh yang paling jelas adalah menyerupakan malaikat dengan perempuan-perempuan bergaun putih dan membuat patung atau gambar malaikat dengan bentuk anak-anak perempuan dan wanita-wanita cantik yang memiliki sayap, yang dijual di pasar-pasar dan sebagian kaum muslimin memberikan ucapan selamat pada hari bahagia dan hari raya dengan memberi hadiah boneka yang menyerupai bentuk malaikat. Hal ini adalah kekufuran yang jelas, dan barang siapa yang meyakini bahwa suara perempuan adalah suara malaikat atau para perempuan merupakan potret malaikat rahmah adalah kafir.” [4]
Komentar saya (penulis) terhadap pendapat diatas bahwa menggambar bentuk malaikat adalah bid’ah yang sangat berbahaya, dapat mengeluarkan seorang muslim dari iman. Menurut saya hal ini tidak lebih dari sekedar khayalan yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kami walaupun tidak setuju dengan penyerupaan tersebut, tidak sependapat dengan Syaikh Al Bani yang mengkafirkan orang-orang yang berpendapat seperti itu, realitanya tidak ada seorangpun yang meyakini bahwa suara wanita adalah sama dengan suara malaikat.
Mungkin kita teringat tentang perkataan para wanita kepada Nabi Yusuf ketika mereka menyamakannya dengan malaikat,
فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَآتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ
“Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): “Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka”. Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: “Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.” (Q.S . Yusuf ayat 31)
Malaikat Tidak Makan dan Tidak Minum
Dalil bahwa malaikat tidak makan dan tidak minum adalah Al Qur’an yang menceritakan tentang para tamu Nabi Ibrahim dari golongan malaikat yang diutus oleh Allah Ta’ala untuk menghancurkan perkampungan kaum Luth,
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ فَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُوا لَا تَخَفْ وَبَشَّرُوهُ بِغُلَامٍ عَلِيمٍ
“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: “Salaamun”. Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. ” Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, Kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: “Silahkan anda makan. ” (Tetapi mereka tidak mau makan), Karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).” (Q.S. Adz Dzaariyaat ayat 24-28)
Malaikat Tidak Dapat Dilihat dalam Bentuk Aslinya
Pada kisah tamu Ibrahim diatas bahwa malaikat dapat dilihat disaat berbentuk pada wujud selain aslinya. Orang-orang tasawuf mengklaim bahwa mereka menyaksikan malaikat di saat terjaga dalam keadaan sadar dan mendengar suara mereka, bahkan Abu Sulaiman Ad Darani mengaku bahwa malaikat telah berbicara padanya, dan dia melihat dengan mata kepala sendiri, yang mengakibatkan kemudian dia diusir dari Damaskus. Cerita seperti ini juga ditemui dari Sahal bin Abdullah at Tusturi. [5]
Pendapat yang shahih bahwa malaikat tidak dapat dilihat oleh manusia biasa, dalilnya adalah firman Allah Q.S. Al Furqan ayat 21-22,
وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا الْمَلَائِكَةُ أَوْ نَرَى رَبَّنَا لَقَدِ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ وَعَتَوْا عُتُوًّا كَبِيرًا يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلَائِكَةَ لَا بُشْرَى يَوْمَئِذٍ لِلْمُجْرِمِينَ وَيَقُولُونَ حِجْرًا مَحْجُورًا
Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami: “Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?” Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar Telah melampaui batas(dalam melakukan) kezaliman”. Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa, mereka berkata: “Hijraan mahjuuraa”.
Ibnu Hazm mengomentari ayat ini, ia berkata: ”Allah telah menjadikan permintaan manusia akan diturunkannya malaikat sebagai suatu masalah besar, yang dianggap sebagai kesombongan dan melampaui batas dan Allah menjelaskan kepada kita bahwa kita sebagai manusia tidak akan pernah dapat melihat malaikat sampai hari kiamat.” [6]
Jika manusia biasa tidak dapat melihat malaikat maka dimungkinkan bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang Nabi bisa melihat malaikat Jibril dalam bentuk aslinya di malam isra mi’raj. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari Masruq dia berkata, “Aku pernah bersama A’isyah, beliau berkata, ‘Bukankah Allah telah berfirman:
وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ
“Dan Sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.” (Q.S. At Takwiir ayat 23)
Dan (firman Allah),
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ
“Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain.” (Q.S. An Najm ayat 13). Lalu A’isyah berkata : ”Aku orang pertama dari umat ini yang bertanya kepada Rasulullah tentang ayat diatas, maka Rasulullah saw menjawab: ‘Sesungguhnya dia adalah malaikat Jibril. Rasul tidak melihatnya dalam bentuk aslinya kecuali dua kali. Rasul melihatnya pertama kali di saat Malaikat Jibril turun ke bumi dan sayapnya menutupi antara langit dan bumi.” [7]
Walaupun kita sebagai manusia tak dapat melihai malaikat, namun ada sebagian makhluk yang diberi kelebihan khusus sehingga dapat melihat malaikat, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dalam shahihnya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ فَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا وَإِذَا سَمِعْتُمْ نَهِيقَ الْحِمَارِ فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ رَأَى شَيْطَانًا
“Jika kamu mendengar suara ayam jago, maka mintalah kepada Allah sebagian dari karunianya, karena ayam jago itu dapat melihat malaikat, dan bila kamu mendengar suara ringkik keledai maka berlindunglah kepada Allah dari syaitan karena ia melihat syaitan.” [8]
Sebagian orang menganggap hadits seperti ini aneh, bagaimana mungkin burung-burung dan binatang dapat menyaksikan apa-apa yang kita tidak dapat saksikan. Jawabnya sederhana benda mati saja dapat memperlihatkan kepada kita sesuartu yang kita tidak dapat melihatnya dalam kondisi biasa, contohnya televisi dapat memperlihatkan gambar gambar dari jarak yang sangat jauh, yang hal ini tidak tepisah dari lingkungan dimana kita hidup disana, di saat kita sedang duduk di kamar. Kita lihat bahwa isi televisi itu kosong, sementara ia penuh dengan gambar dan bermacam-macam suara melalui komponen elektronik yang dibuat untuk itu.
Malaikat Mampu Berubah-ubah Bentuk
Pada kisah Ibrahim bersama tamunya, para malaikat, mereka menjelma sebagai orang laki-laki dewasa sehingga Ibrahim langsung menjamu mereka dan Ibrahim tidak akan dapat menyaksikan mereka seandainya mereka tidak menjelma sebagai manusia. Contoh lain ketika malaikat datang kepada Maryam, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Maryam ayat 16 – 17.
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا
“Dan Ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu kami mengutus ruh Kami [Jibril a. s ] kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.”
Malaikat Jibril datang menjumpai Rasul dalam betuk manusia yang berbeda-beda bentuknya, kadangkala menyerupai seorang shahabat yang bernama Dahyah bin Khalifah Al Kalbi, karena Dahyah seorang pemuda tampan dan memiliki postur yang ideal. Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan di dalam shahihnya dari Umar bin Khathab, ia berkata : ”Ketika kami sedang duduk di sisi Rasul tiba-tiba muncul seorang laki-laki dengan mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambut yang sangat hitam, lalu menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut Rasulullah dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas paha Rasul dan ia berkata, ”wahai Muhamad, beritahu saya tentang Islam …. kemudian bertanya lagi tentang iman, ihsan dan hari kimat. Kemudian meninggalkan tempat itu, lalu Rasul bertanya kepada Umar : ”wahai Umar apakah kamu tahu siapa yang bertanya tadi ? Umar menjawab Allah dan Rasul-Nya lebih tahu, kemudian Rasul menjelaskan dia adalah malaikat Jibril yang telah datang kepadamu mengajarkan kamu tentang agamamu.”
Malaikat Memiliki Kemampuan yang Luar Biasa
Malaikat memiliki kemampuan yang luar biasa yang tidak dapat dibayangkan, sebagai contoh adalah 8 malaikat pemikul ‘arsy,
وَالْمَلَكُ عَلَىٰ أَرْجَائِهَا ۚ وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ
“Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.” (Q.S. Al Haaqqah ayat 17)
Kalau kursi luasnya seluas tujuh lapis langit dan bumi maka coba bayangkan sebesar apa ‘arsy dan bayangkan betapa dahsyatnya kekuatan yang dimiliki para malaikat pemikul ‘arsy, dan bagaimana dengan kekuatan malaikat peniup sangkakala, di saat sangkakala ditiupkan seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi mati seketika, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (Q.S. Az-Zumar ayat 68)
Dan bayangkan apa yang dilakukan malaikat terhadap kaum Nabi Luth, sebagaimana firman Allah,
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ
“Maka tatkala datang azab kami, kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (QS. Hud ayat 82)
Demikianlah gambaran yang menakutkan tentang kekuatan malaikat. Adapun kecepatan malaikat lebih cepat dari apa yang dibayangkan manusia, Allah Ta’ala berfirman,
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (Q.S. Al-Ma’arij ayat 4)
Cukup untuk diketahui bahwa malaikat Jibril memi’rajkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ke langit tertinggi kemudian kembali lagi ke bumi hanya dalam satu malam, bahkan sebagian dari malam. Kita tahu bahwa langit yang paling dekat ke bumi memerlukan jutaan tahun kecepatan cahaya. Artinya kita perlu hidup jutaan tahun untuk sampai ke sana bila kita jalan secepat cahaya sama dengan 300 km per detik, siapa yang dapat melakukannya? Dari mana kita mendapat umur seperti itu?
Malaikat Diciptakan untuk Taat dan Bertasbih
Ketaatan dan ibadah bagi malaikat adalah sifat asli mereka (jibillah) sebagaimana Allah Ta’ala mensifati mereka,
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At Tahrim ayat 6)
لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
“Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.” (Q.S. Al Anbiya ayat 27)
يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ
“Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (Q.S. Al-Anbiya ayat 20)
وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ
“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih.” (Q.S. Al Anbiya ayat 19)
Para ulama berbeda pendapat tentang cara tasbihnya malaikat, Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas berkata: tasbih mereka adalah shalat, diantaranya firman Allah;
فَلَوْلاَ اَنَّهُ كَانَ مِنَ اْلمُسَبِّحِيْنَ ” seandainya ia bukan orang yang selalu bertasbih.” Yang dimaksud dengan bertasbih di sini adalah shalat.
Qotadah berkata, tasbih malaikat adalah سُبْحَانَ الله sebagaimana difahami dari bahasa, Al-Qurthubi mendukung pendapat ini, dalilnya adalah hadits berikut,
عَنْ أَبِي ذَرٍّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ أَيُّ الْكَلَامِ أَفْضَلُ قَالَ مَا اصْطَفَى اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ أَوْ لِعِبَادِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
Dari abu Dzar ra. bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, “Ucapan apa yang paling afdhal?” Rasul menjawab: “Ucapan yang paling afdhal adalah kata-kata yang telah dipilihkan oleh Allah untuk malaikat, ialah سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِه ” (HR. Muslim).
Dan dari Abdurrahman bin Qarth, bahwa Rasulullah pada malam Isra dan mi’raj mendengar suara tasbih di langit yang paling atas:”سُبْحَانَ اْلعَلِيِّ اْلأَعْلى سُبْحَانَهُ وَتَعَالى “[9]
Dan shalatnya malaikat adalah berdiri dan sujud, dari Hakim bin Hizam ia berkata:
بَيْنَمَا رَسُوْلُ اللهِ فِي أَصْحَابِهِ إِذْ قَالَ لَهُمْ: أَتَسْمَعُونَ مَا أَسْمَعُ ؟ قَالُوْا : مَا نَسْمَعُ مِنْ شَيْءٍ ، قَالَ: إِنِّي لَأَسْمَعُ أَطِيْطَ السَّمَاءِ وَمَا تُلاَمُ أَنْ تَئِطَّ وَمَا فِيْهَا مَوْضِعُ شِبْرٍ إِلاَّ وَعَلَيْهِ مَلَكٌ سَاجِدٌ أَوْ قَائِمٌ
“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabat ia bersabda:”Apakah kalian mendengar apa yang saya dengar? Mereka menjawab:kami tidak mendengar sesuatu, Rasul berkata: Sesungguhnya aku mendengar hentakan langit, tidak ada satu jengkalpun bagian langit yang terhentak melainkan di atasnya malaikat sedang sujud atau sedang berdiri[10]
Keadaan malaikat diciptakan untuk beribadah, sehingga sebagian ulama meyakini bahwa malaikat bukan mahluk mukallaf. Yang sahih bahwa taklif mereka tidak sama dengan taklif kita, adapun pendapat yang mengatakan bahwa mereka bukan makhluk mukallaf adalah pendapat yang salah, karena mereka diperintahkan untuk beribadah dan taat. Allah Ta’ala berfirman,
يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (Q.S. An-Nahl ayat 50)
Khauf (takut) adalah di antara tingkatan ubudiyah dan ketaatan yang paling tinggi[11].
Dalil yang paling kuat bahwa malaikat makhluk mukallaf adalah kisah tentang perintah Allah kepada mereka untuk sujud kepada Adam, Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
“Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, ” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan ia adalah termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Q.S. Al Baqarah ayat 34)
Malaikat Terjaga dari Salah (Ma’shum)
Dari paparan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa malaikat terhindar dari kesalahan dan perbuatan dosa, disini kami ingin memperkuat pendapat jumhur ulama yang mengatakan bahwa malaikat terhindar dari perbuatan dosa, namun demikian ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa malaikat tidak ma’shum. Dibawah ini dalil-dalil dua pandangan diatas :
Dalil jumhur ulama
Firman Allah Ta’ala,
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Baqarah ayat 30)
Pada ayat di atas malaikat berkata : “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, mereka mencela terjadinya maksiat pada Adam dan keturunannya yang berarti bahwa mereka bebas dari dosa dan sikap mereka itu diperkuat dengan kata-kata : padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau. Yang berarti mereka senantiasa bertasbih dan mensucikan Allah tanpa henti.
Dalil yang mengatakan bahwa malaikat tidak ma’shum
Imam Ar Razi dalam tafsirnya telah memuat dalil-dalil mereka dan beliau membantahnya:
Bahwa firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. ” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?
Adalah dalil yang mencela para malaikat bukannya sebagai dalil tetang bebasnya malaikat dari kesalahan, hal itu ditinjau dari beberapa sisi:
- Bahwa perkataan malaikat: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah” adalah bantahan mereka terhadap Allah dan sikap ini di antara dosa yang paling besar.
- Bahwa para malaikat telah melakukan ghibah terhadap Adam dan keturunannya dengan mempertanyakan tentang mereka, sementara ghibah adalah salah satu dosa besar.
- Bahwa malaikat telah memuji diri mereka sendiri setelah mempertanyakan keturunan Adam dengan perkataan: “ Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau”. Sedangkan memuji diri sendiri adalah tercela dan dapat mengakibatkan ujub atau bangga terhadap diri sendiri, dan ini adalah sikap tercela sebagaimana Allah berfirman dalam QS. An Najm ayat 32, “…maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”
- Bahwa perkataan mereka : “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. “ Adalah sikap minta permakluman dan itu tidak terjadi kecuali karena telah melakukan kesalahan.
- Bahwa firman Allah : “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” Dapat dipahami bahwa mereka telah berdusta pada apa yang mereka katakan.
- Bahwa firman Allah Q.S. Al Baqarah ayat 33 : “Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” dapat difahami bahwa mereka meragukan bahwa Allah mengetahui segala hal.
- Bahwa tuduhan mereka terhadap manusia hanya berdasar dugaan atau dzhon dan ini tidak dibenarkan sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Israa ayat 36: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
- Bahwa Iblis adalah dahulunya golongan Malaikat yang sangat dekat kepada Allah Ta’ala, namun demikian ia maksiat pada Allah dan menolak perintah sujud kepada Adam sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 34, “Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, ” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
Nampaklah dari dalil-dalil di atas, dalil yang dikemukakan jumhur lebih rajih. Sementara dalil yang disampaikan Imam Ar-Razi–dengan menyebut malaikat membantah Allah, berghibah, memuji diri sendiri, ujub, dan lain-lain–sangat bertentangan dengan sifat-sifat malaikat yang telah disebutkan sebelumnya.
Wallahu A’lam….
Catatan Kaki:
[1] Ar Razi, At Tafsiirul Al Kabiir, juz 2 hal. 160.
[2] Muhammad Abduh, Tafsir Al manaar juz 2 hal. 110.
[3] Lihat : Al Kulliyat karya Abul Baqo’ hal. 854, penerbit Ar Risalaat
[4] Al Albani, Arkanul Iman, hal. 12 tahun 1984
[5] Ibnu al Jauzi, Talbis Iblis, hal. 166-167.
[6] Ibnu Hazmin, Al Fashl, juz 4 hal. 57.
[7] Tafsir Ibnu katsir, juz 4 hal. 251-252.
[8] Hadits riwayat Bukhari, Kitabatul Kholqi, bab Harta Seorang Muslim Yang Paling Baik adalah Kambing Ternak yang berada di lereng gunung.
[9] Al-Baihaqi(tafsir Al-qurthubi juz 1/267)
[10] HR. At-Tabrani, Mu’jam al-kabir( Al-Asyqar, ‘alamul malaikah al-abrar, hal. 31, 1989)
[11] Al-Asyqar, hal. 29, 1989.