Bagi seorang muslim, doa adalah bukti keyakinan terhadap eksistensi Allah. Ia adalah pengakuan dan keyakinan bahwa Dialah Yang Maha Kuasa dan Maha Berkehendak atas segala sesuatu.
Bagi muslimin, dan lebih khusus lagi bagi para mujahidin, doa bukanlah perkara sepele. Oleh karena itu, lantunan do’a tidak akan pernah lepas mengiringi gerak langkah hidupnya. Terlebih lagi saat mereka berada di medan pertempuran yang sangat menentukan hidup dan matinya laju perjuangan. Dalam kondisi seperti itu—Allah Azza wa Jalla bahkan memerintahkan kepada setiap muslim mujahidin agar meneguhkan hati dan selalu menyebut nama Allah dengan banyak berzikir, agar mereka mencapai kejayaan, ketabahan hati dalam pertempuran dan tidak lari dari musuh. Hal ini merupakan suatu pokok kekuatan yang menyebabkan kemenangan dalam setiap perjuangan, baik sebagai perorangan maupun sebagai tentara.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS Al-Anfaal 45)
Begitupula teladan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dalam seluruh sepak terjang perjuangannya tidak pernah sepi dari lantunan doa dan munajat kepada Rabbnya.
Memohon salah satu dari dua Umar
Saat kondisi dakwah dan kaum muslimin masih lemah beliau berdo’a kepada Allah Azza wa Jalla agar Islam dikuatkan oleh satu diantara dua Umar.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ بِأَحَبِّ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ إِلَيْكَ بِأَبِي جَهْلٍ أَوْ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ وَكَانَ أَحَبَّهُمَا إِلَيْهِ عُمَرُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ عُمَرَ
Bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a: “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah satu diantara kedua orang yang paling Engkau cintai, Abu Jahal (Umar bin Hisyam) atau Umar bin Khaththab.” Ibnu Umar berkata; Dan ternyata yang lebih Allah cintai diantara keduanya adalah Umar bin Khaththab. Abu Isa berkata; Hadits ini adalah hadits hasan shahih gharib dari hadits Ibnu Umar. (HR. Tirmidzi No. 3614).
Mengadu kepada Allah di saat menghadapi tantangan
Saat menghadapi penolakan dan penganiayaan dari orang-orang Thaif, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa:
“اللّهُمّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوّتِي ، وَقِلّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ ! أَنْتَ رَبّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبّي ، إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟ إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهّمُنِي ؟ أَمْ إلَى عَدُوّ مَلّكْتَهُ أَمْرِي ؟ إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي ، وَلَكِنّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي ، أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِك الّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَك ، أَوْ يَحِلّ عَلَيّ سُخْطُكَ، لَك الْعُتْبَى حَتّى تَرْضَى ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوّةَ إلّا بِك”
“Ya Allah kepadamu kuadukan lemahnya kekuatanku, dan sedikitnya kesanggupanku, kerendahan diriku berhadapan dengan manusia, wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang! Engkau adalah Pelindung orang-orang yang lemah dan Engkau juga Pelindungku, kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku? Ataukah kepada musuh yang akan menguasai urusanku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, semuanya itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku.
Aku berlindung pada sinar wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebaikan di dunia dan akhirat, dari murka-Mu yang hendak Engkau tumpahkan kepadaku. Hanya Engkaulah yang berhak menegur dan mempersalahkan diriku hingga Engkau Ridha (kepadaku), dan tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.” (Lihat: Ibnu Hisyam 1/420).
Doa Hijrah
Di saat tekanan orang-orang kafir Makkah kepada dakwah menjadi-jadi, Allah Azza wa Jalla menyuruh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk hijrah ke Madinah dan berdoa.
وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا
“Dan Katakanlah: ‘Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku dengan masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku dengan keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.’” (Q.S. Al-Israa: 80)
Doa di Ambang Perang Badar
Menjelang perang Badar, setelah beliau mempersiapkan segala sesuatunya secara optimal, beliau pun melantunkan doa.
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِيْ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِيْ اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الإِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِي الأَرْضِ
“Ya Allah, penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini.” (HR. Muslim 3/1384 hadits No. 1763)
Ya, doa ini beliau lantunkan setelah mempersiapkan segala sesuatunya secara optimal. Beliau telah mengutus Basbas dan Ady bin Abi Zaghba` untuk mencari informasi tentang Abu Sufyan dan rombongan dagangnya. Bahkan beliau sendiri bersama Abu bakar mencari-cari informasi tentang pasukan Quraisy. Beliau juga mengutus Ali, Zubair, dan Sa`d Bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhum beserta sekelompok sahabat lainnya untuk mengumpulkan data-data tentang musuh. Beliau juga telah mengatur strategi dan menempatkan pasukan di posisi yang tepat atas usulan al-Habâb bin Mundzir. Setelah itu, barulah beliau berdoa menyerahkan seluruh urusannya kepada Alla Azza wa Jalla.
Doa di Uhud
Pada hari perang Uhud ketika orang-orang musyrik berlari mundur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tidak melewatkan doa, beliau bersabda kepada para sahabat: “Berbarislah kalian hingga saya memuji Rabbku” lalu para sahabat membuat barisan di belakang, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa:
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ اللَّهُمَّ لَا قَابِضَ لِمَا بَسَطْتَ وَلَا بَاسِطَ لِمَا قَبَضْتَ وَلَا هَادِيَ لِمَا أَضْلَلْتَ وَلَا مُضِلَّ لِمَنْ هَدَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُقَرِّبَ لِمَا بَاعَدْتَ وَلَا مُبَاعِدَ لِمَا قَرَّبْتَ اللَّهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ وَرِزْقِكَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ الْمُقِيمَ الَّذِي لَا يَحُولُ وَلَا يَزُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ الْعَيْلَةِ وَالْأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ اللَّهُمَّ إِنِّي عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا مَنَعْتَ اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنْ الرَّاشِدِينَ اللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ وَأَحْيِنَا مُسْلِمِينَ وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مَفْتُونِينَ اللَّهُمَّ قَاتِلْ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ اللَّهُمَّ قَاتِلْ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَهَ الْحَقِّ
“Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, ya Allah tidak ada yang bisa mengenggam apa yang telah Engkau bentangkan dan tidak ada pula yang bisa membentangkan apa yang telah Engkau genggam.
Tidak ada yang bisa memberi petunjuk terhadap siapa yang telah Engkau sesatkan, tak ada pula yang bisa menyesatkan siapa yang telah Engkau beri petunjuk. Tidak ada yang bisa memberi terhadap apa yang telah Engkau tahan dan tidak ada pula yang bisa menahan terhadap apa yang telah Engkau beri.
Tidak ada yang bisa mendekatkan terhadap apa yang telah Engkau jauhkan dan tidak ada pula yang bisa menjauhkan terhadap apa yang telah Engkau dekatkan.
Ya Allah bentangkan pada kami dari barakah-Mu, rahmat-Mu, kelebihan-Mu dan rizki-Mu. Ya Allah, saya memohon kepada-Mu kenikmatan yang kekal yang tidak berlalu dan tidak pula hilang.
Ya Allah saya memohon kepada-Mu kenikmatan pada saat kefakiran, dan keamanan pada saat ketakutan. Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa saja yang telah Engkau berikan, dan dari kejelekan apa saja yang telah Engkau tahan.
Ya Allah, cintakan pada diri kami keimanan dan hiaskanlah pada hati-hati kami. dan bencikan diri kami terhadap kekufuran, kefasikan serta kemaksiatan. Jadikan kami di antara orang-orang yang berpetunjuk.
Ya Allah, wafatkan kami dalam keadaan Islam, hidupkan kami dalam keadaan Islam dan sertakan kami bersama dengan orang orang sholeh yang tidak hina dan tidak pula terfitnah. Ya Allah, perangilah orang-orang kafir yang mendustakan para Rasul-Mu dan merintangi jalan-Mu, dan berikan mereka siksa-Mu dan adzab-Mu.
Ya Allah, perangilah orang orang kafir yang telah diberi kitab (yahudi dan nashroni), ya Allah Ilah (Tuhan) kebenaran.” (HR. Ahmad – 14945).
Do’a Setelah Futuh Makkah
Al-Maraghi dalam penjelasan Q.S. Ali Imran ayat 26 menyebutkan bahwa Al-Wahidiy meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik, bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menaklukkan kota Makkah, beliau menjanjikan kepada umatnya akan menguasai kerajaan Persia dan Romawi. Kemudian orang-orang munafik dan Yahudi berkata, “Alangkah jauhnya, dari manakah kamu Muhammad akan mendapatkan kerajaan Persia dan Romawi, sedang mereka jauh lebih kuat dan mulia dibandingkan kemenanganmu ini. Tidak cukupkah bagi Muhammad Makkah dan Madinah, sampai ia hendak menaklukkan Persia dan Romawi?” Kemudian Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat-Nya:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Katakanlah: ‘Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.’” (Q.S. Ali Imran: 26). (Lihat: Terjemah Tafsir Al-Maraghi Jilid 3, Toha Putra Semarang).
Berdoalah Kepada Allah Azza wa Jalla, Mintalah Kemenangan dan Keberhasilan
Saudaraku, janganlah menganggap remeh dan melupakan doa. Setelah kita mengerahkan segala daya dan upaya dengan seluruh kemampuan yang ada, tibalah saatnya kini kita menundukkan hati dan menyerahkan seluruh keputusan kepada-Nya, seraya terus menerus berhunudzan terhadap segala ketentuan-Nya.
Apa pun hasilnya nanti—menang atau kalah, berhasil atau gagal dalam pandangan manusia, percayalah bahwa apa yang ditentukan oleh-Nya pastilah akan menjadi yang terbaik bagi kita. Apa pun hasilnya nanti—menang atau kalah, berhasil atau gagal dalam pandangan manusia, hakikatnya kita akan menjadi pemenang, jika kita senantiasa berpegang teguh kepada kebenaran dan keimanan.