Pertanyaan:
Saya baca artikel menyebut kalimat Anta Nuurun Fauqa Nuuri (engkau adalah cahaya di atas cahaya) dalam Shalawat Barzanji adalah ghuluw (berlebihan), bahkan syirik, apakah benar? (Ikhwan, Depok)
Jawaban:
Bismillahirrahmanirrahim..
Menyebut atau menjuluki Rasulullah ﷺ dengan Nuur (cahaya), bukanlah kesalahan, bukan pula ghuluw (berlebihan) dalam memuji, apalagi dikatakan syirik. Sebab, hal itu didasarkan pemahaman sebagian kaum salaf dan khalaf terhadap ayat-ayat Al Quran yang terkait hal itu.
Beberapa contoh, sebagai berikut:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يٰۤـاَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلُـنَا يُبَيِّنُ لَـكُمْ كَثِيْرًا مِّمَّا كُنْتُمْ تُخْفُوْنَ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ ۗ قَدْ جَآءَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ نُوْرٌ وَّكِتٰبٌ مُّبِيْنٌ
“Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu CAHAYA dari Allah dan Kitab yang menjelaskan,”
(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 15)
Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari menjelaskan:
“قد جاءكم”، يا أهل التوراة والإنجيل”من الله نور”، يعني بالنور، محمدًا صلى الله عليه وسلم الذي أنار الله به الحقَّ، وأظهر به الإسلام، ومحق به الشرك
“Telah datang kepadamu” wahai Ahli Taurat (Yahudi) dan Injil (Nasrani) “Cahaya dari Allah”, yang dimaksud dengan Cahaya adalah Muhammad ﷺ yang dengannya Allah menerangi kebenaran, memenangkan Islam, dan menghilangkan kesyirikan.
(Tafsir Ath-Thabari, 10/143. Dar At Tarbiyah wat Turats)
Dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌ…
“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahayaNya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar…”
(QS. An-Nur 24: Ayat 35)
Menurut sebagian salaf makna dari kalimat: “perumpamaan cahayaNya” (مَثَلُ نُوْرِهٖ) adalah Nabi Muhammad ﷺ.
Ka’ab Al Ahbar ditanya oleh Ibnu Abbas, apa maksud ayat tersebut, Beliau menjawab:
اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، مَثَلُ نُورِهِ؛ مَثَلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَمِشْكَاةٍ
Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi, perumpamaan cahayaNya bagaikan Muhammad seperti lubang yang tidak bisa ditembus (Tafsir Ath-Thabari, 17/299. Dar At Tarbiyah wat Turats)
Imam Ibnu Jarir juga mengutip dari Imam Sa’id bin Jubeir -salah satu murid Ibnu Abbas- sebagai berikut:
عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، فِي قَوْلِهِ: {مَثَلُ نُورِهِ} [النور: ٣٥] قَالَ: مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Sa’id bin Jubeir, tentang firman-Nya (perumpamaan cahaya-Nya) Beliau berkata: “Muhammad ﷺ” (Tafsir Ath-Thabari, 17/300. Dar At Tarbiyah wat Turats)
Hal serupa juga dikutip oleh Imam Al Qurthubi saat menjelaskan tafsir Matsalu Nuurihi (perumpamaan cahayaNya) :
فَقَالَ كَعْبُ الْأَحْبَارِ وَابْنُ جُبَيْرٍ: هُوَ عَائِدٌ على محمد صلى اله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَيْ مَثَلُ نُورِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Berkata Ka’ab Al Ahbar dan Ibnu Jubeir: “Kata Nuur (cahaya) kembali kepada Muhammad, yaitu perumpamaan cahaya Muhammad ﷺ.” (Tafsir Al Qurthubi, 12/259)
Kemudian, penjelasan serupa juga datang dari imam tafsir generasi tabi’in seperti Qatadah, Imam Al Wahidi berkata:
وقال قتادة: {قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ} يعني النبي. وهو اختيار الزجاج، قال: النور محمد – صلى الله عليه وسلم -، وهو الذي يبين الأشياء
Berkata Qatadah “Telah datang kepadamu Cahaya dari Allah” yaitu NABI. Pendapat inilah yang dipilih oleh Az Zajaj, dia berkata: “Cahaya Muhammad ﷺ,
itulah yang menjelaskan segala sesuatu.” (Tafsir Al Basith, 7/311)
Tabi’in lain, yaitu Abul ‘Aliyah juga menyebut Cahaya adalah Nabi Muhammad ﷺ:
عن أبي العالية، {نور على نور}، قال: أتى نورُ الله على نور محمد
Dari Abul ‘Aliyah “Cahaya di atas cahaya”, dia berkata: “Datang cahaya Allah di atas cahaya Muhammad.” (Mausu’ah Tafsir Al Ma’tsurah, 15/649)
Begitu pula Muhammad bin Ka’ab Al Qurazhi:
{نور على نور} نبيٌّ مِن نسل نبي، نورُ محمد على نور إبراهيم
“Cahaya di atas cahaya” artinya Nabi dari keturunan nabi, cahaya Muhammad di atas cahaya Ibrahim. (Mausu’ah Tafsir Al Ma’tsurah, 15/649)
Imam Al Baghawi menjelaskan:
قَدْ جَآءَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ نُوْرٌ ، يعني مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Telah datang Cahaya kepadamu,” yaitu Muhammad ﷺ (Tafsir Al Baghawi, 2/32)
Dan masih banyak lainnya. Berbagai keterangan ini, baik generasi salaf seperti Ka’ab Al Ahbar, Said bin Jubeir, Qatadah, Muhammad bin Ka’ab Al Qurazhi, atau khalaf seperti Ibnu Jarir, Al-Baghawi, dll, menunjukkan bahwa menyebut Nabi Muhammad dengan cahaya memiliki sandaran yang kuat. Walau para ulama tafsir ada perbedaan pendapat tentang makna Cahaya dalam ayat-ayat di atas, ada yang memaknai: Nabi Muhammad, Islam, Al Quran.
Semoga Allah Ta’ala menjaga kita dari sikap terburu-buru memvonis kepada sesama muslim.
Demikian. Wallahu A’lam
(Farid Nu’man Hasan)