Oleh: Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi rahimahullah
(Kutipan dari bukunya yang berjudul Al-Mubasyirati bintshiril Islam)
Sesungguhnya kekuatan yang dimiliki umat Islam tidak kecil. Jika umat Islam mampu mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya maka ia akan menjadi kekuatan yang besar dan dahsyat.
Kekuatan Manusia
Kekuatan pertama adalah kekuatan kuantitas individu. Saat ini[1] kita memiliki lebih dari satu seperempat milyar muslim yang beriman dengan akidah tauhid dan tersebar di seluruh pelosok lima benua. Betul ungkapan yang menyatakan, yang penting kualitas (bagaimana mendayagunakan) bukan kuantitas (berapa banyak). Akan tetapi, kuantitas juga mempunyai kepentingan tersendiri. Dan kita akan lihat dalam laporan-laporan orang Barat bagaimana mereka mengkhawatirkan pertambahan populasi umat Islam, padahal sejak lama mereka ditimpa kekurangan populasi sampai pada tingkat yang khawatirkan.
Sesungguhnya jumlah yang besar adalah nikmat. Ia adalah syarat mutlak terhadap semua prestasi ekonomi atau peradaban. Oleh karenanya bangsa-bangsa di dunia berusaha keras menutupi kekurangan ini dengan membuat blok-blok (persekutuan) di antara mereka, walaupun terdapat perbedaan yang mencolok dalam ras, bahasa, agama, dan sejarah. Tak heran jika Al-Qur’an menyebut jumlah yang besar ini dalam deretan anugerah dan nikmat. Allah berfirman,
“Dan ingatlah ketika kalian sedikit lalu Allah memperbanyak (jumlah) kalian.” (QS. Al-A’raaf: 86)
Seorang penyair Arab mengatakan,
“Kemuliaan (izzah) semata-mata bagi yang banyak.”
“Kita memenuhi daratan sampai ia terasa sempit. Kita memenuhi lautan dengan kapal-kapal kita.”
Kekuatan Materi dan Ekonomi
Kekuatan kedua adalah kekuatan materi dan ekonomi, Kita nemiliki barang tambang dan kekayaan sumber daya alarn yang terpendam di perut bumi, kekayaan alam yang besar di atas bumi dan kekayaan lautan. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh umat lain. Kita memiliki tanah subur dengan dataran rendah dan oase-oase. teluk, Kita juga memiliki bukit-bukit,gunung-gunung, lautan, teluk, sungai-sungai besar, bukit-buklt, sumber-sumber mata air, sumur-sumur, cadangan penyimpanan air tanah, dan tambang-tambang yang dibutuhkan dunia. penting cadangan yang dibutuhkan penyim-panan dunia. air Dan tanah cukup’-dan
Posisi geografis kita memiliki nilai penting. Secara strategis dan peradaban ia adalah tempat pertemuan benua-benua, sumber-sumber peradaban dan tempat lahirnya risalah-risalah langit, Yahudi, Kristen, dan Islam.
Kekuatan Rohani
Kekuatan ketiga yang dimiliki umat adalah kekuatan rohani yaitu kekuatan risalah yang kita imani. Di jalannya kita berdakwah dan kita sanggup hidup dan mati karenanya. Itulah kekuatan Islam yang abadi dan menjadi penutup nubuwwah dan risalah.
la adalah risalah yang berkarakteristik rabbaniyah. Sumber dan tujuannya adalah Allah. Firman Allah,
”Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah bagi Allah tuhan seru sekalian alam.” (QS. Al-An’aam: 162)
Hanya kita umat Islam yang memiliki dokumen perjanjian Ilahiah satu-satunya yang mengandung kalimat-kalimat Allah yang terakhir terhadap kemanusiaan, yang selamat dari segala bentuk penyelewengan (tahrif) dan penggantian (tabdil), yaitu Al-Qur’an, yang tidak mengandung kebatilan, baik dari depan maupun dari belakang.
Risalah Islamjuga bercirikan totalitas (syumul). Firman Allah,
“…Dan Kami turunknn kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) menjelasknn segala sesuatu…” (QS.An-Nahl: 89)
Islam juga bercirikan inklinasi akhlak hingga Nabi bersabda,
“Bahwasanya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
Adapun ciri kemanusiaan dan keuniversalan Islam tercermin dalam ayat,
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’: 107)
Selain itu, Islam juga bercirikan realistis, Islam mensyaratkan hukum-hukum darurat, mempertimbangkan udzur-udzur manusia dan mensyariatkan rukhsah dan keringanan. Karakter moderat Islam tercermin dalam firman-Nya,
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil.” (QS. Al-Baqarah: 143)
Risalah Islam merupakan keseimbangan antara materi dan roh, akal dan hati, dunia dan akhirat, hak dan kewajiban, individu dan masyarakat, tanpa ekstrem ke atas (lebih) atau ekstrem ke bawah (kurang). Dunia sangat membutuhkan risalah seperti ini untuk membebaskan manusia dari materialisme yang rakus, hedonisme yang merusak, liberalisme yang destruktif dan dari era ketakutan, stres, depresi, dan putus asa menuju era keamanan, ketenangan, kebahagiaan, dan penuh harapan.
Catatan Kaki:
[1] Tulisan ini dibuat pada tahun 90-an.