Oleh: Farid Nu’man Hasan
Membaca Shalawat Nabi tentu ibadah, demikian juga baca Al Quran.
Namun jika dilakukan di masjid dan dengan suara begitu keras sampai memunculkan tasywisy (kebisingan) dan mengganggu orang yang shalat di masjid tersebut adalah terlarang, ada yang mengatakan makruh bahkan haram. Namun dibolehkan jika ada uzur syar’i seperti azan dan sedang mengajar, atau jika suasana sedang sepi sehingga tidak ada yang terganggu.
Dari Abu Said al Khudri Radhiallahu ‘Anhu:
اعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ فَسَمِعَهُمْ يَجْهَرُونَ بِالْقِرَاءَةِ فَكَشَفَ السِّتْرَ وَقَالَ أَلَا إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَلَا يَرْفَعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ أَوْ قَالَ فِي الصَّلَاةِ
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam i’tikaf di masjid, beliau mendengar manusia mengeraskan suara ketika membaca Al Quran, maka beliau membuka tirai dan bersabda: “Ketahuilah sesungguhnya setiap kalian ini bermunajat kepada Rabbnya, maka jangan kalian saling mengganggu satu sama lain, dan jangan saling tinggikan suara kalian dalam membaca Al Quran atau di dalam shalat.” (HR. Abu Daud No. 1334, dishahihkan Ibnu Khuzaimah, dll)
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:
يحرم رفع الصوت على وجه يشوش على المصلين ولو بقراءة القرآن. ويستثنى من ذلك درس العلم.
“Diharamkan mengeraskan suara (di masjid) hingga menyebabkan terganggunya orang shalat walau pun yang dibaca itu adalah Al Quran, dikecualikan bagi yang sedang proses belajar mengajar Al Quran.” (Fiqhus Sunnah, 1/251)
Syaikh Wahbah Az Zuhaili mengatakan:
كما يكره بالاتفاق الجهر بالقراءة في المسجد لما فيه من التشويش على الآخرين، ولمظنة الرياء.
Sebagaimana dimakruhkan berdasarkan kesepakatan ulama mengeraskan suara saat membaca Al Quran di masjid sebab hal itu memunculkan kebisingan terhadap orang lain dan memunculkan riya’. (Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, 2/1103)
Demikian. Wallahu A’lam