Tujuan Zakat Fithri
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perkara yang sia-sia dan perkataan kotor, sekaligus untuk memberikan makan orang-orang miskin.” (HR. Abu Daud)
Zakat Fithri Hukumnya Fardhu
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْحُرِّ وَالْعَبْدِ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri dengan satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum bagi setiap muslim yang merdeka maupun yang budak, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa.” (HR. An Nasai)
Mereka yang Wajib Berzakat Fithri
- Muslim
- Mampu mengeluarkan zakat fithri, yakni memiliki kelebihan makanan untuk diri dan keluarganya pada malam dan siang hari Ied.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَأَلَ وَعِنْدَهُ مَا يُغْنِيهِ فَإِنَّمَا يَسْتَكْثِرُ مِنَ النَّارِ » فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا يُغْنِيهِ قَالَ « أَنْ يَكُونَ لَهُ شِبَعُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ أَوْ لَيْلَةٍ وَيَوْمٍ
“Barangsiapa meminta dan padanya terdapat sesuatu yang mencukupinya, maka seseungguhnya dia telah mengumpulkan bara api.” Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana ukuran mencukupi? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Seukuran makanan yang mengenyangkan sehari-semalam.” (HR. Abu Daud)
Harta yang Dikeluarkan
Harta yang dikeluarkan adalah makanan pokok di negeri masing-masing, kalau di negeri kita sebanyak (+/-) 2,5 kg beras. Ini pandangan jumhur (mayoritas) imam madzhab seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal. Mereka menolak pembayaran zakat fitri dengan nilai harganya (uang), karena hal itu dianggap bertentangan dengan sunnah Nabi (lihat: hadits An-Nasai di atas).
Namun para imam besar sejak masa salaf pun tidak sedikit yang membolehkan dengan uang. Seperti Imam Abu Hanifah, beliau menyatakan bolehnya zakat fitri dengan uang.
Ini juga pendapat Imam Sufyan Ats Tsauri, Imam ‘Atha, Imam Al Hasan Al Bashri, Imam Bukhari, Imam Muslim, dan juga sahabat Nabi, seperti Muawiyah radhiallahu ‘anhu dan Mughirah bin Syu’bah radhiallahu ‘anhu, membolehkannya dengan nilainya, sebab yang menjadi prinsip adalah terpenuhi kebutuhan fakir miskin pada hari raya dan agar mereka tidak meminta-minta pada hari itu.
Sebagaimana hadits dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma,
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ , وَقَالَ: «أَغْنُوهُمْ فِي هَذَا الْيَوْمِ»
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mewajibkan zakat fithri, beliau bersabda: “Penuhilah kebutuhan mereka pada hari ini.” (H.R. Ad Daruquthni, 2/152)
Dalam riwayat lain:
أَغْنُوهُمْ عَنْ طَوَافِ هَذَا الْيَوْمِ
“Penuhilah kebutuhan mereka, jangan sampai mereka berkeliling [untuk minta-minta] pada hari ini.” (H.R. Al Baihaqi)
Ini juga menjadi pendapat Al-Hasan Al-Bashri, Umar bin Abdul Aziz, Imam Abul Hasan Al-Mawardi, Imam Badruddin Al-‘Aini, dan lain-lain.
Sedangkan Al-Hasan, Imam Abur Rabi’ Sulaiman bin Abdil Qawi, Imam Zainuddin Abu Abdillah Ar-Razi, dan Yusuf Al-Qaradhawi membolehkannya.
Dalam konteks zakat peternakan Ibnu Taimiyah membolehkan membayarkannya dengan uang jika itu lebih membawa maslahat, jika tidak ada maslahat, maka tidak boleh menggunakan uang.
Penerima Zakat Fithri
Para ahli fiqih berbeda pendapat tentang objek penerima zakat fitri, menjadi tiga kelompok:
Pertama, Pendapat jumhur ulama bahwasanya dibolehkan pembagian zakat fitri sama seperti Pembagian zakat mal (yaitu kepada delapan asnaf).
Kedua, Adapun Malikiyah dan satu riwayat dari Imam Ahmad, dan dipilih oleh Ibnu Taimiyah bahwasanya zakat fitrah dikhususkan penyalurannya khusus untuk fakir dan miskin.
Ketiga, Sedangkan Syafi’iyah mengatakan bahwa pembagian zakat fitri wajib kepada delapan asnaf atau seadanya yang mereka temui dari mereka. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 23/344)
Waktu Dikeluarkannya Zakat Fithri dari Muzakki ke Mustahiq
- Madzhab Hanafi, membolehkan mengawali bayar zakat fithri, bahkan di waktu kapan pun.
- Malikiyah, tidak sah zakat fithri dikeluarkan lebih dari dua hari sebelum hari raya
- Madzhab Syafi’i, membolehkan membayarnya di awal Ramadhan
- Madzhab Hambali, mengatakan tidak boleh mengawali bayar zakat fithri lebih dari dua hari sebelum hari Id
(Lihat semua dalam Al Fiqhu ‘alal Madzaahib al Arba’ ah, 1/569-570)
Wallahu A’lam.