Ketua Majelis Syura PKS, Salim Segaf al-Jufri mengingatkan beratnya tantangan yang dihadapi umat Islam dan bangsa Indonesia. Sehingga perlu kepemimpinan yang tangguh untuk meresponnya. Hal itu dinyatakan dalam peringatan peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw oleh DPP PKS yang dilakukan secara daring.
“Peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw terjadi setelah Aam al-Huzni, yakni tahun penuh kesedihan, karena wafatnya paman Abu Thalib dan isteri Nabi, Khadijah binti Khuwailid Ra. Mereka berdua adalah pendukung perjuangan di masa penuh tantangan. Bahkan, ketika Rasulullah berdakwah ke kota Thaif, beliau diusir warga dengan cara yang sangat menghinakan,” ungkap Salim Segaf.
Peringatan Isra Mi’raj itu dihadiri pula Wakil Ketua Umum MUI Pusat (Dr. Anwar Abbas) dengan penceramah Dr. Hasnan Syarief Panggabean (Ketua PW Mathlaul Anwar Sumatera Utara) dan Habib Sholeh bin Baghir al-Athas membacakan sirah nabawiyah. Acara dihadiri Presiden PKS Ahmad Syaikhu dan ribuah simpatisan di seluruh Indonesia.
Di luar aspek transendental dan teologis, peristiwa Isra Mi’raj dari sudut pandang sejarah adalah salah satu cara Allah Ta’ala membina Rasul-Nya dengan memberi pengalaman, pelajaran sekaligus hiburan yang tidak pernah dirasakan manusia siapapun sebelumnya. Muhammad Saw bertemu dengan pada Nabi sebelumnya: Ibrahim, Nuh, Adam, Musa, Isa dan lainnya. Mereka berbagi cerita tentang beratnya tugas menyebarkan risalah di era masing-masing.
Dalam suatu momen, Nabi Muhammad disodorkan minuman: susu atau khamar. Muhammad memilih minum susu. “Hidup adalah pilihan, maka kita harus memilih opsi yang menyehatkan bagi diri kita dan orang lain. Begitu pula saat memilih pemimpin, maka kita akan memetik buah dan konsekuensinya. Rakyat ikut memikul dosanya, apabila pemimpin pilihannya melakukan kesalahan kebijakan yang fatal,” jelas Salim yang kini juga menjadi Wakil Ketua Umum Persatuan Ulama Muslim Sedunia (International Union of Muslim Scholars).
Saat ini, umat Islam di berbagai negeri menghadapi tantangan berat akibat masih maraknya gejala Islamophobia seperti di India dan Myanmar. Termasuk penjajahan di Palestina yang belum berakhir.
Hikmah Isra Mi’raj mempersatukan Indonesia dengan negeri-negeri yang masih terjajah, sesuai spirit Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang menegaskan komitmen anti penjajahan. Apalagi, tahun 1955 Indonesia menyelenggarakan Konperensi Asia Afrika untuk mendukung perjuangan wilayah yang terjajah.
Meski sudah 76 tahun merdeka, Indonesia belum mampu mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur. Banyak tantangan dari dalam dan luar negeri yang menghalangi Indonesia untuk mencapai tujuan nasionalnya.
Berbagai isu bermunculan seperti perpindahan Ibu Kota Negara dan perpanjangan masa jabatan Presiden RI, disamping kelangkaan bahan kebutuhan pokok dan kenaikan tarif layanan publik. “Untuk menghadapi itu semua, dibutuhkan kepemimpinan tangguh yang berorientasi sebesar-besarnya kepentingan rakyat,” Salim menegaskan.