Pertama, bahwa Islam adalah dinul khalishi wal fitri (agama yang murni dan sesuai dengan fitrah). Yang dimaksud dinul khalish (agama yang murni) adalah bahwa Islam itu bersih; tidak tercampur oleh kesyirikan. Setiap sesuatu dapat ternoda/terkotori oleh yang lain. Jika sesuatu itu bersih dan terhindar dari kotoran, maka sesuatu itu dinamakan khalis (اَلْخَالِصُ). Sebagai contoh: susu yang bersih disebut لَبَنًا خَالِصًا (labanan khalishan), karena terhidar dari kotoran dan darah atau yang lainnya.
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” (QS. An-Nahl, 16: 66)
Sedangkan yang dimaksud Islam agama yang sesuai dengan fitrah adalah bahwa ajaran Islam itu sesuai dan sejalan dengan sifat, watak dasar, karakter, serta naluri manusia. Karena manusia memang diciptakan oleh Allah Ta’ala di atas dasar fitrah Islam itu.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum, 30: 30)
Di dalam hadits Nabi disebutkan bahwa setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah Islam.
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak yang lahir, dia terlahir atas fithrah, maka tergantung kedua orang tuanya yang menjadikan dia orang Yahudi, Nashrani, atau Majusi…” (HR. Bukhari)
Oleh karena itu dinul Islam dapat membentuk manusia menjadi pribadi yang mukhlishun hanifun (ikhlas dan lurus). Yakni mereka yang selalu berupaya membersihkan/memurnikan jiwanya dari perbuatan syirik (menyekutukan Allah Ta’ala).
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah, 98: 5)
Mereka inilah orang yang akan berbahagia di akhirat kelak, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
“Orang yang berbahagia karena mendapat syafa’atku pada hari kiamat nanti adalah orang yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas dalam hatinya atau jiwanya.” (HR. Bukhari No. 99).
1 comment
Masya Allah ilmu yang belum tentu didapatkan oleh semua umat islam bahkan mungkin para santri….