Kesembilan, bahwa Islam adalah dinul izzati wa rahmah (agama kemuliaan dan kasih sayang).
Islam adalah dinul izzati, karena ajarannya menanamkan kemuliaan, kekuatan, kehormatan, martabat, gengsi, dan kedudukan yang tinggi atas dasar iman. Keimanan inilah yang menumbuhkan izzah pada diri seorang mu’min.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran, 3: 139)
Oleh karena izzah Islam inilah prajurit biasa seperti Rib’i bin Amir radhiyallahu ‘anhu mampu berkata di hadapan panglima perang Persia Rustum dengan sebuah kalimat yang menggetarkan,
اللَّهُ ابْتَعَثْنَا لِنُخْرِجَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ اللَّهِ، وَمِنْ ضِيقِ الدُّنْيَا إِلَى سِعَتِهَا، وَمِنْ جَوْرِ الْأَدْيَانِ إِلَى عَدْلِ الْإِسْلَامِ
“Allah telah membangkitkan kami untuk mengeluarkan siapa pun yang mau, dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan kepada Allah semata; dari sempitnya dunia menuju kelapangannya, dan dari keculasan agama-agama menuju keadilan Islam”.[1]
Selain menanamkan izzah, Islam pun menanamkan rahmah (kasih sayang). Jadi, meskipun sadar dengan keunggulannya, seorang muslim tetap harus menebarkan rahmah kepada siapa pun. Karena Islam adalah agama rahmah,
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya, 21: 107)
Ajaran Islam membawa kebaikan kepada siapa pun baik muslim maupun non muslim. Rahmat kepada seorang muslim adalah tercurahnya kebahagian bagi mereka di dunia dan akhirat. Sedangkan rahmat bagi non muslim adalah kebaikan dan keadilan Islam kepada mereka di dunia ini dengan syarat tidak memerangi dan atau mengusir umat Islam.
Allah Ta’ala berfirman,
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah, 60: 8)
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Mumtahanah, 60: 9)
Selain itu Ibnu Jubair mendengar bahwa Ibnu Abbas berkata: “Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Bagi yang beriman dan membenarkan ajaran beliau akan mendapat kebahagiaan. Bagi yang tidak beriman kepada beliau, diselamatkan dari bencana yang menimpa umat terdahulu berupa ditenggelamkan ke dalam bumi atau ditenggelamkan dengan air” (Lihat: Tafsir Al-Qurthubi).
Maka, Islam sebagai dinul izzati wa rahmah akan membentuk manusia-manusia yang berkepribadian ‘azizun rahim (mulia dan berkasih-sayang).
[1] Bidayah wa nihayah, Ibnu Katsir (9/622)