Penangkapan kapal bantuan kemanusiaan Madleen oleh militer Israel di perairan internasional memicu kecaman keras dari berbagai pihak internasional, termasuk Hamas, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan Pemerintah Turki. Kapal yang membawa 12 awak dari berbagai negara, termasuk aktivis lingkungan Greta Thunberg dan aktor asal Irlandia Liam Cunningham, ditahan dalam perjalanan menuju Jalur Gaza.
Militer Israel mengonfirmasi telah mengambil alih kapal tersebut dan menggiringnya ke wilayah Israel. Para aktivis yang berada di atas kapal disebut akan dideportasi ke negara asal mereka. Penahanan kapal ini terjadi beberapa jam setelah otoritas Israel mengeluarkan peringatan keras agar kapal tidak mendekati wilayah Gaza, dengan alasan tindakan tersebut melanggar blokade laut yang diberlakukan Israel.
Kelompok Hamas mengecam insiden ini sebagai bentuk “terorisme negara yang terorganisasi” dan memuji keberanian para aktivis internasional yang tetap berlayar meski menghadapi ancaman. Hamas juga menilai misi kemanusiaan seperti Madleen, serta dukungan dari Aljazair, Tunisia, dan Yordania, membuktikan kegagalan narasi propaganda Israel di mata dunia. Mereka menyerukan pembebasan segera para aktivis dan mendesak PBB agar mengecam tindakan Israel tersebut.
Pelapor Khusus PBB untuk Situasi Hak Asasi Manusia di Wilayah Palestina yang Diduduki, Francesca Albanese, juga menuntut Inggris agar bertindak untuk menjamin pembebasan kapal dan seluruh awaknya. Dalam wawancara dengan Al Jazeera, ia menegaskan bahwa Madleen tidak menimbulkan ancaman bagi keamanan Israel, dan Israel tidak memiliki dasar hukum untuk menyita kapal tersebut di perairan internasional. Ia juga meminta penjelasan resmi dari otoritas Israel mengenai dasar hukum penangkapan ini.
Pemerintah Turki turut mengecam tindakan Israel, menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan ancaman bagi keamanan maritim. Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Turki menegaskan bahwa aksi penyitaan kapal tersebut mencerminkan perilaku negara yang bersifat represif dan bertindak di luar norma hukum internasional.
Koalisi Freedom Flotilla, pihak yang mengoordinasi pelayaran kapal Madleen, menyatakan bahwa para aktivis di atas kapal telah “diculik” oleh militer Israel. Penahanan ini mengingatkan kembali pada insiden sebelumnya pada awal Mei, saat kapal bantuan lain bernama Al-Awamir (The Conscience) diserang drone Israel, menyebabkan kerusakan dan kebakaran di bagian kapal.
Insiden terbaru ini kembali menyoroti ketegangan atas blokade laut yang diberlakukan Israel terhadap Jalur Gaza, serta terus meningkatnya tekanan internasional terhadap kebijakan militer Israel dalam menangani upaya bantuan kemanusiaan menuju wilayah tersebut.