Hadirin rahimakumullah…
Pada 17 Agustus 1945 M, Soekarno – Hatta atas nama bangsa Indonesia memprolamasikan kemerdekaan Indonesia setelah lebih kurang 350 tahun lamanya hidup terjajah; sejak tahun 1602 dimana VOC sebuah perusahaan dagang Belanda melakukan monopoli perdagangan dan aktivitas kolonial; dilanjutkan dengan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) yang diterapkan oleh pemerintah Belanda sejak tahun 1830; hingga penjajahan Jepang yang berakhir tahun 1945.
Peringatan HUT RI ini hendaknya mengingatkan kita bahwa Allah Yang Maha Kuasa telah menganugerahkan kenikmatan yang luar biasa kepada bangsa Indonesia. Nikmat kemerdekaan.
Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’”. (QS. Ibrahim, 14: 7)
Hadirin rahimakumullah…
Saat ini, segenap penduduk negeri hendaknya bermuhasabah. Apakah mereka telah mengisi kemerdekaan ini dengan syukur nikmat atau malah mengisinya dengan kufur nikmat? Apakah mereka semakin beriman dan bertakwa atau malah semakin ingkar dan maksiat?
Mari kita renungkan firman Allah Jalla wa ‘Ala berikut ini,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf, 7: 96).
Cobalah tengok kondisi negeri Indonesia yang kita cintai ini, apakah bumi Indonesia yang tanahnya subur-makmur ini membawa keberkahan bagi penduduknya, ataukah malah menjadi laknat? Naudzubillahi min dzalik…
Nikmat Kemerdekaan
Hadirin rahimakumullah…
Sebagai bahan muhasabah, mari kita mengambil faidah dari sejarah perjalanan hidup Bani Israel. Anak-cucu Ya’kub ini adalah bangsa yang banyak dianugerahi nikmat Allah; diantaranya adalah nikmat kemerdekaan dari penindasan Fir’aun yang telah memperbudak dan menyiksa mereka dengan sangat kejam.
وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika kami selamatkan kamu dari (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan, dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.” (QS. Al-Baqarah, 2: 49)
Allah SWT membelah lautan untuk menyelamatkan mereka dan menenggelamkan Fir’aun beserta balatentaranya,
وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ
“Dan (ingatlah), ketika kami belah laut untukmu, lalu kami selamatkan kamu dan kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” (QS. Al-Baqarah, 2: 50)
Hadirin rahimakumullah…
Kemerdekaan yang dianugerahkan Allah Jalla wa ‘Ala kepada Bani Israel tersebut seharusnya disambut oleh mereka dengan rasa syukur; diisi dengan kebangkitan iman dan takwa. Tapi ternyata Bani Israel tidak pandai mensyukuri nikmat Allah.
Sejenak setelah Musa alaihissalam pergi untuk mendapatkan perintah Allah, Bani Israel malah melakukan kezaliman yang sangat memalukan: menyembah patung anak sapi!
وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ
“Dan (ingatlah), ketika kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak sapi (sebagai sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah, 2: 51)
Nikmat Hidayah
Hadirin rahimakumullah…
Selain nikmat kemerdekaan, Bani Israel pun mendapatkan nikmat hidayah. Yakni diturunkannya kitab Taurat kepada mereka agar dijadikan petunjuk sehingga mereka kembali menjadi orang baik-baik dan tidak lagi terjerumus pada kesesatan.
Tapi lagi-lagi kenikmatan yang agung tersebut malah disambut dengan kebodohan. Bani Israel berkata kepada Nabi Musa ‘alaihissalam, “Kami tidak akan beriman kepadamu sampai kami dapat melihat Allah dengan jelas”.
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: ‘Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang.’, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya”. (QS. Al-Baqarah, 2: 55).
Nikmat Kemudahan Rizki
Hadirin rahimakumullah…
Selain nikmat kemerdekaan dan nikmat hidayah, Allah Jalla wa ‘Ala juga melimpahkan nikmat berupa berbagai kemudahan hidup bagi Bani Israel.
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Dan kami naungi kamu dengan awan, dan kami turunkan kepadamu ‘manna’ dan ‘salwa’. makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah kami berikan kepadamu…” (QS. Al-Baqarah, 2: 57)
Allah Jalla wa ‘Ala menaungkan awan di atas kepala Bani Israel agar terlindung dari panasnya cahaya matahari di padang Tih, kemudian diturunkan pula manna dan salwa yakni makanan manis seperti madu dan daging burung sebangsa puyuh.
Selain naungan awan serta manna dan salwa, kemudahan lain yang diberikan Allah Jalla wa ‘Ala kepada Bani Israel adalah air minum yang melimpah dan mudah didapat.
وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ
“Dan (Ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu’. Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS. Al-Baqarah, 2: 60).
Tapi Bani Israel tetaplah tidak pandai bersyukur. Ketika mereka tersesat di padang pasir Sinai, mereka berkata kepada Nabi Musa ‘alaihissalam bahwa mereka tidak tahan terhadap satu jenis makanan saja, mereka meminta kepada Musa ‘alaihissalam agar berdoa kepada Allah Jalla wa ‘Ala untuk mengeluarkan sayur-sayuran yang ditumbuhkan bumi sebagai ganti manna dan salwa.
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نَصْبِرَ عَلَى طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الأرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: ‘Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya’. Musa berkata: ‘Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta’.” (QS. Al-Baqarah, 2: 61).
Hadirin rahimakumullah…
Itulah sebagian parade kufur nikmat dan perilaku bodoh Bani Israel yang diceritakan di dalam Al-Qur’an. Masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menceritakannya. Ringkasnya, Bani Israel telah kufur nikmat. Padahal Allah Jalla wa ‘Ala telah menganugerahkan kepada mereka kenikmatan yang sangat banyak.
Bagaimana dengan Bangsa Indonesia?
Hadirin rahimakumullah…
Seperti halnya Bani Israel, bangsa Indonesia pun telah dianugerahi kenikmatan yang banyak: Kemerdekaan dari penjajah, penduduknya mendapat hidayah Islam, dan kekayaan alamnya yang melimpah ruah.
Lalu bagaimanakah mereka menyambut nikmat Allah Jalla wa ‘Ala tersebut? Apakah dengan syukur nikmat? Ataukah dengan kufur nikmat seperti yang dilakukan Bani Israel? Setelah sekian puluh tahun berlalu memasuki gerbang kemerdekaan, apakah yang telah kita lakukan?
Hadirin rahimakumullah…. apa pun jawabannya, saat ini marilah kita tingkatkan iman dan takwa. Tunduk, taat, dan takutlah kepada-Nya. Mohon ampun dan kembalilah kepada-Nya. Berpegang teguhlah pada Al-Qur’an dan sunnah Rasul-Nya. Laksanakanlah syariat-Nya. Sehingga kita layak disebut sebagai hamba-hamba yang bersyukur kepada-Nya.