(Materi Al-Ihsan versi Kumpulan Materi Ushulul Islam)
Diantara manifestasi keimanan yang benar adalah lahirnya sikap dan amal yang ihsan dalam seluruh sisi kehidupan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
“Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan dalam segala hal.” (HR. Muslim)
Pengertian Al-Ihsan
Ihsan berasal dari kata حَسُنَ yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah اِحْسَانْ, yang artinya kebaikan. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala berikut ini.
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لأنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri…” (QS. Al-Isra’, 17: 7)
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
“… Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu…. “ (QS. Al-Qashash, 28: 77)
Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh makhluk Allah Ta’ala.
Imam Ibnu ‘Alan mengatakan tentang makna al-ihsan, yakni itqaanul fi’li (perbuatan yang sempurna/profesional).[1] Sedangkan secara syara’, makna al-ihsan telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bagaimanakah Menumbuhkan Ihsan?
Amal yang ihsan tumbuh dari keimanan yang tertanam di dalam jiwa; yakni keyakinan terhadap muraqabatullah (pengawasan Allah Ta’ala), dan kesadaran terhadap ihsanullah (kebaikan-kebaikan Allah Ta’ala).
Seorang manusia yang meyakini dan menyadari muraqabatullah pasti akan bersikap hati-hati dalam setiap gerak langkah hidupnya. Ia akan berupaya menjaga seluruh tindakannya bahkan termasuk bisikan hatinya sekalipun; karena ia yakin tidak ada yang tersembunyi darinya di hadapan Allah Ta’ala.
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Segala yang ada di langit dan yang ada di bumi adalah kepunyaan Allah. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hati kamu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan menghitung dan menyatakannya kepada kamu. Kemudian Ia mengampunkan bagi sesiapa yang dikehendakiNya dan menyiksa sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya). Dan (ingatlah), Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu”. (QS. Al-Baqarah, 2: 284).
Sedangkan seorang manusia yang menyadari hakikat kenikmatan yang dirasakannya berasal dari ihsanullah (kebaikan-kebaikan dari Allah Ta’ala), tentu akan menyatakan rasa syukurnya dengan cara melakukan kebaikan-kebaikan sebagaimana Allah Ta’ala telah memberikan kebaikan-kebaikan kepadanya. Maka ungkapan yang keluar dari lisan mulia Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya oleh ‘Aisyah tentang kesungguhan beliau melakukan shalat malam adalah,
أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا
“Apakah tidak sepantasnya aku menjadi hamba yang bersyukur?”
Hal ini pun selaras dengan firman Allah Ta’ala,
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
“… Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu…. “ (QS. Al-Qashash, 28: 77)
Jadi, dengan tertanamnya sikap muraqabatullah dan kesadaran terhadap ihsanullah, akan tumbuhlah ihsanu niyyat (niat atau motivasi yang baik) dalam diri manusia untuk melahirkan ihsanul ‘amal (amal yang ihsan).
Kriteria Amal yang Ihsan
Kriteria ihsanul ‘amal ada tiga: (1) ikhlashu niyyat (niat yang murni), (2) itqanul ‘amal (amal yang rapi/sempurna), dan (3) jaudatul adaa (penyelesaian yang baik).
Ikhlashu niyyat (niat yang murni) maksudnya adalah niat yang bersih dari syirik. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepadaNya, lagi tetap teguh diatas tauhid dan supaya mereka mendirikan shalat serta memberi zakat. Dan demikian itulah agama yang benar.” (QS. Al-Bayyinah, 98: 5).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
“Sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sedangkan itqanul ‘amal (amal yang rapi), maksudnya adalah amal yang sungguh-sungguh, optimal, sempurna, dan teliti. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan suatu pekerjaan dilakukannya dengan rapi.” (HR. Thabrani dan Baihaqi).
Selanjutnya jaudatul adaa (penyelesaian yang baik), bahwa sebuah pekerjaan itu hendaknya dilakukan hingga tuntas. Allah Ta’ala berfirman,
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS. Al-Insyirah, 94: 7)
Keuntungan Berbuat Ihsan
Orang yang beramal dengan ihsan akan memperoleh keuntungan sebagai berikut.
Pertama, kecintaan dari Allah (hubbun minallah).
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al-Baqarah, 2: 195)
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran, 3: 134)
فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia (kemenangan, ghanimah, dll.) dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran, 3: 148)
Kedua, pahala dari Allah (ajrun minallah).
Hal ini telah disebutkan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 148 di atas, juga disebutkan dalam firman-Nya,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl, 16: 97).
Ketiga, pertolongan dari Allah (nashrun minallah).
Perhatikan dua ayat berikut ini,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut, 29: 69)
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl, 16: 128).
Wallahu A’lam.
[1] Dalilul Falihin, 5/105