(Amal, Tahapan, dan Tujuan)
Dakwah adalah sebuah pekerjaan besar. Ia tidak mungkin dilaksanakan secara serampangan tanpa memperhatikan ketertiban amal, tahapan, dan tujuannya.
Mengatur langkah adalah bagian dari ikhtiar kauni yang perlu kita lakukan, mengenai hasil tentu saja kita serahkan sepenuhnya kepada Rabbul asbab, Allah Jalla wa ‘Ala.
Upaya yang kita lakukan di dalam dakwah setidaknya ada lima:
Pertama, tahwilul jahalati ilal ma’rifah, yakni menghantarkan kondisi ketidaktahuan (objek dakwah) kepada kondisi berpengetahuan. Hal ini sebagaimana difirmakan Allah Ta’ala di dalam kitab-Nya yang mulia,
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah, 2: 151)
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. As-Syura, 42: 52)
Upaya ini dilakukan dalam tahapan dakwah at-tabligh wat ta’lim (tabligh dan taklim) dengan tujuan al-i’lamu wa tazwidul ‘ulum (memberitahu dan membekali objek dakwah dengan berbagai pengetahuan).
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah, 5: 67)
Kedua, tahwilul ma’rifati ilal fikrah, yakni menghantarkan pengetahuan mereka kepada gagasan dan pemahaman; kemudian tahwilul fikrah ilal harakah, yakni mengubah gagasan dan pemahaman itu menjadi gerakan (aktivitas).
Upaya ini dilakukan dalam tahapan dakwah at-takwin (pengkaderan da’i) yang bertujuan agar objek dakwah dapat melakukan tazwidul fikrah (penambahan pemahaman) dan tadribul ‘amal (latihan beramaliyah dakwah). Mereka dibentuk menjadi rabbaniyyin yang memiliki karakter sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
“Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. (QS. Ali Imran, 3: 97)
Dalam tahapan ini, dakwah diarahkan untuk mencetak pribadi-pribadi muslim unggul yang siap menanggung beban dakwah dan melanjutkan estafeta aktivitas dakwah.
Renungkanlah hadits berikut ini,
إِنَّمَا النَّاسُ كَالْإِبِلِ الْمِائَةِ لَا تَكَادُ تَجِدُ فِيهَا رَاحِلَةً
“Sesungguhnya manusia itu bagaikan seratus ekor unta, hampir-hampir tak kau temukan diantara mereka yang benar-benar Rahilah (unta pembawa beban berat).” (HR Bukhari No. 6017)
Tentang hadits ini Al-Khaththabi rahimahullah berkata: “Mayoritas manusia itu memiliki kekurangan. Adapun orang yang memiliki keutamaan dan kelebihan jumlahnya sedikit sekali. Maka mereka seperti kedudukan unta yang bagus untuk ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban.” (Fathul Bari, 11/343)
Sementara itu Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menyatakan: “Orang yang diridhai keadaannya dari kalangan manusia, yang sempurna sifat-sifatnya, indah dipandang mata, kuat menanggung beban (itu sedikit jumlahnya).” (Syarah Shahih Muslim, 16/101)
Ibnu Baththal rahimahullah juga menyatakan yang serupa tentang makna hadits di atas: “Manusia itu jumlahnya banyak, namun yang disenangi dari mereka jumlahnya sedikit.” (Fathul Bari, 11/343)
Ibnu Qutaibah berkata: “Ar-rahilah berarti unta yang terpilih karena sempurna sifat-sifatnya.” Sedangkan Al-Azhari berkata: “Makna hadits di atas adalah bahwa zahid di dunia yang sempurna zuhudnya dan cinta akan akhirat jumlahnya sedikit sekali seperti sedikitnya rahilah di antara banyak unta.”
Tentang hadits ini Ustadz Mahdi Akif rahimahullah mengatakan: “Rahilah adalah unta yang bagus dan kuat, mampu membawa beban berat dan siap menempuh perjalanan yang panjang, indah dilihat dan memiliki bentuk yang menakjubkan. Unta seperti ini sangatlah jarang. Begitu pula manusia. Mereka yang mampu membawa beban dan tanggung jawab, memikul beban berat dan pengorbanan yang besar guna mewujudkan tujuan yang mulia; jumlahnya sangatlah sedikit, bahkan hampir sulit ditemukan dari setiap 100 orang salah satu dari mereka.”
Ketiga, tahwilul harakati ilan natijah, yakni menghantarkan gerakan kepada buah keberhasilan.
Upaya ini dilakukan pada tahapan dakwah at-tandzim (pengorganisasian kader dakwah) yang bertujuan tauhidus shufuf (menyatukan/menata barisan), tansiqul ‘amal (mengkoordinasikan kerja dakwah), dan muraqabatun nasyath (mengawasi aktivitas/kegiatan dakwah).
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. As-Shaf, 61: 4)
Keempat, tahwilun natijah ilal ghayah hiyal mardhatullahi, yakni menghantarkan buah keberhasilan kepada tujuan, yaitu keridhoan Allah Ta’ala.
Upaya ini dilakukan dalam tahapan dakwah at-tanfidz (pelaksanaan dakwah) yang bertujuan at-tahridhu ‘alal ‘amal (pengerahan/dorongan untuk beraktivitas dakwah).
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.’” (QS. At-Taubah, 9: 105)
Wallahu a’lam…