Bagi para da’i ila-Llah, berinteraksi dengan masyarakat adalah keniscayaan, karena dakwah sendiri harus dilakukan dengan berbaur (mukholathah). Tentu dengan mukholtahoh yang ijabi (positif).
Berinteraksi dengan Para Da’i yang Lain
- Kita dan mereka memiliki tujuan umum yang sama, yaitu : membela Islam dan memajukan umat.
- Namun demikian, kita tetap menyadari adanya perbedaan dalam khiththah dan uslub (cara kerja). Maka sikap kita adalah:
نَتَعَاوَنُ فِيْمَا اتَّفَقْنَا فِيْهِ، وَيُعْذِرُ بَعْضُنَا بَعْضًا فِيْمَا اخْتَلَفْنَا فِيْهِ
“Menjalin kerja sama dalam hal-hal yang disepakati dan bersikap toleran dalam hal-hal yang ikhtilaf (belum disepakati).”
- Menyenangi ijma’ (kesepakatan) untuk mencapai al wihdah al fikriyyah (kesatuan ide/pemikiran) dan tidak senang nyeleneh (syadz). Syadz berbeda dengan ghoriib (aneh, asing, tidak dikenal). Syadz artinya bertolak belakang dengan yang shahih. Sedangkan ghariib adalah sesuatu yang baik yang tidak atau belum dikenal oleh masyarakat banyak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَدَأَ اْلإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ، اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ
Islam datang sebagai sesuatu yang ghariib (asing dan tidak dikenal) dan ia akan kembali asing sebagaimana saat datang pertama kalinya, maka beruntung sekali orang-orang yang ghariib itu, yaitu orang-orang yang meng-ishlah (memperbaiki) apa yang dirusak oleh orang lain. (HR. Muslim).
- Toleransi dalam masalah khilaf dan furu’, dan membenci ta’ashshub (fanatisme).
لاَتُفْسِدُ لِلْوُدِّ قَضِيَّةٌ
“Persoalan apapun tidak boleh merusak mawaddah (rasa saling mencintai) antar sesama kaum muslimin.”
Pernah Ustadz Hasan Al Banna difitnah bahwa janah ‘askari (sayap militer) akan menyerang jama’ah jihad. Tentu saja pimpinan jama’ah jihad marah dan meminta dialog dengan beliau untuk mengeluarkan segala unek-uneknya. Ustadz Hasan Al Banna hanya menjawab: saamihuuni (ma’afkan saya).
- Khilaf itu silahkan dikaji secara ilmiyyah dalam suasana jernih dan ukhuwwah, dan jangan hanya berhenti sebatas apologetik (pembelaan diri) saja.
Berinteraksi dengan Tokoh Masyarakat
- Tempatkanlah mereka sesuai dengan kedudukannya.
اِنْزِلُوْا النَّاسَ مَنَازِلَهُمْ
“Tempatkanlah manusia itu sesuai dengan kedudukannya.” (HR. Abu Daud)
Lihatlah bagaimana sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap Abu Sufyan waktu fathu Makkah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka dia aman …”.
Dalam kejadian ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan rumah Abu Sufyan sebagai baitul qashiidi (rumah yang dituju), dan kedudukan Abu Sufyan tidak direbut, justru di-ta’ziz (dikukuhkan).
- Hormatilah mereka di tengah-tengah para pengikutnya.
Sa’ad bin Mu’adz ketika diberikan kehormatan untuk mengambil keputusan hukum atas Bani Quraizhah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Quumu ila sayyidikum.” (berdirilah untuk menyambut tuan kalian).
- Sebutkan juga jasa-jasa mereka kepada Islam.
- Ketika pemilihan khalifah di Tsaqifah Bani Sa’idah, pidato Abu Bakar sangat bijak. Ia menyebut-nyebut nikmat Islam, jasa-jasa Anshar dan kebaikan-kebaikan Muhajirin. Dengan begitu, kaum Anshar ikut mendukung.
- Dalam sebuah kesempatan, Ustadz Hasan Al Banna juga pernah diminta untuk mengisi acara semacam tabligh akbar. Namun sayangnya panitia kurang memiliki fiqhul mujtama’, sehingga terjadi konflik dengan ulama’ di sekitar tempat acara. Setelah diceritakan oleh panitia mengenai konflik tersebut kepada Ustadz Hasan Al Banna sebelum acara dimulai, maka beliau meminta ijin untuk mendatangi para ulama’ itu satu persatu dan memohon ma’af kepada mereka. Setelah itu barulah beliau memulai ceramahnya. Dalam ceramahnya beliau menyebut-nyebut kebaikan dan jasa-jasa mereka terhadap Islam. Akhirnya para ulama’ itu mendatangi tempat di mana Ustadz Hasan Al Banna berceramah.
- Menjalin hubungan dengan mereka dan mendo’akan mereka.
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghubungi tokoh Thaif serta mendo’akan mereka.
- Ustadz Umar At-Tilmisani ketika Anwar Sadat meninggal dunia, ia mengucapkan: “Inna Lillahi wa inna ilaihi Raji’un”. Ucapan ini membuat tercengang semua ikhwan yang mendengar, sebab Anwar Sadatlah yang menghukum dan menyiksa para ikhwan termasuk Ustadz Umar.
- Memperhatikan kepentingan bersama
Mulailah pembicaraan dari titik-titik persamaan, jangan dari titik yang berbeda, kemudian barulah mendudukkan poin-poin yang berbeda.
Berinteraksi dengan Tetangga dan Kolega
- Menjaga hak-hak tetangga.
- Tidak mengganggu mereka.
- Berbuat baik dan menghormatinya serta berbuat ihsan kepada mereka, minimal berwajah ceria di hadapan mereka dan ramah.
- Memperhatikan mereka dan memeriksa keadaan mereka. “Jika membuat sayur, perbanyaklan airnya, dan perhatikan tetangga”.
- Mendengarkan mereka.
- Sabar
- Menda’wahi mereka dan mendo’akan mereka.
Berinteraksi dengan Non Muslim
- Mu’amalah dengan yang setimpal.
- Tidak mengakui kekufuran mereka.
- Berbuat yang adil terhadap mereka dan menahan diri dari mengganggu mereka.
- Mengasihani mereka dengan rahmah basyariyyah (kasih sayang berdasarkan kemanusiaan)
- Menunjukkan kemuliaan akhlaq muslim dan izzah Islam.