كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (QS. Ali Imran: 110)
Hadirin rahimakumullah…
Salah satu tolok ukur baiknya sebuah umat atau bangsa menurut Al-Qur’an adalah tegaknya fungsi kontrol; atau dalam bahasa agama disebut amar ma’ruf nahi munkar.
Di dalam Islam, fungsi kontrol ini wajib dijalankan oleh siapa pun. Bahkan ia menjadi salah satu barometer kualitas keimanan seorang muslim. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
”Siapa saja diantara kalian melihat kemunkaran, maka ubahlah dengan tangannya, jika dia tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, dan jika dia tidak mampu, ubahlah dengan hatinya. Namun itu dalah selemah-lemahnya iman”(HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi)
Kewajiban amar ma’ruf nahi munkar ini berlaku umum, baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan. Bahkan Islam mensifati mu’min dan mu’minat dengan amal amar ma’ruf nahi munkar ini,
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain; mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar…” (QS. At-Taubah: 71)
Hadirin rahimakumullah…
Karena demikian pentingnya amar ma’ruf nahi munkar ini ditegakkan, maka Allah memerintahkan agar ada sekelompok orang yang mengkhususkan diri terjun di dalamnya, meskipun ia adalah kewajiban setiap orang.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Hadirin rahimakumullah…
Secara khusus, kewajiban amar ma’ruf nahi munkar ini harus melekat di pundak para pemangku amanat umat. Karena di tangan merekalah ada kekuatan dan kekuasaan. Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al-Hajj: 41)
Hadirin rahimakumullah…
Mari kita gelorakan kembali semangat amar ma’ruf nahi munkar yang saat ini nampaknya semakin meredup. Selain berdasarkan ayat Al-Qur’an dan hadits yang telah dikemukakan, kita sekurang-kurangnya memiliki tiga alasan mengapa harus menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Pertama, amar ma’ruf nahi munkar adalah wujud solidaritas sosial. Masyarakat itu ibarat satu bangunan. Kerusakan pada satu bagian akan berpengaruh pada bagian yang lain. Maka amar ma’ruf nahi munkar adalah upaya mencegah menjalarnya kerusakan-kerusakan. Jika miras dibiarkan tentu akan timbul berbagai keonaran dan berbagai kejahatan; jika perzinaan tidak dicegah, tentu akan runtuhlah kekuatan negara akibat lambatnya pertumbuhan demografi, cepat atau lambat; jika pornografi dan pornoaksi dilegalkan tentu akan marak kasus-kasus kejahatan seksual, dst.
Kedua, amar ma’ruf nahi munkar dilakukan karena alasan kemanusiaan dan kasih sayang. Umat manusia itu bersaudara. Orang yang lurus hatinya tentu akan merasa sedih bila melihat saudaranya berada dalam keburukan. Atas dasar ini kita punya alasan untuk turut campur dalam ‘kebebasan pribadi’ mereka. Karena alasan ini pulalah maka amar ma’ruf nahi munkar harus selalu didasari seruan hikmah dan pelajaran yang baik.
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Ketiga, amar ma’ruf nahi munkar harus dilakukan dengan alasan bahwa kebenaran itu harus dibela. Seandainya kebenaran tidak dibela dan dijaga, apa jadinya?
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya…” (QS. Al-Mu’minun: 71)
Jika perbuatan aniaya dan meninggalkan keadilan dibiarkan, tentulah akan terjadi kekacauan dan kegoncangan hebat dalam masyarakat. Jika pelanggaran hak dan perampasan harta tidak dilawan, tentulah si lemah menjadi santapan yang empuk bagi si kuat, tentulah dunia ini tidak akan aman dan tenteram selama-lamanya.
Hadirin rahimakumullah…
Mari kita beramar ma’ruf nahi munkar dengan mengerahkan segenap kemampuan yang ada. Insya Allah, dengan tegaknya fungsi kontrol ini, negeri kita akan menjadi negeri yang diliputi rahmat dan keberkahan dari Allah Ta’ala…