(Al-‘Allamah Syeikh Muhammad Hasyim Majzub Al-Husainy As-Syafi’i – Wafat 22 Juni 2016)
“Bukan dari agama kita..!” Itulah kalimat singkat yang kemudian menyebabkan Syekh Muhammad Hasyim Majzub yang dikenal dengan ‘Imam Syafi’i kecil’ harus mendekam dalam penjara rezim Al-Assad selama 22 tahun.
Ceritanya, di suatu waktu pada tahun 1980, seorang yang tak dikenal datang ke pengajian Syekh di sebuah mesjid. Orang itu kemudian menceritakan bahwa putrinya yang sedang kuliah dilamar oleh seorang pemuda ‘Alawi/Nushairi, ia meminta fatwa kepada Syekh apakah boleh baginya untuk menikahkan putrinya dengan pemuda Nushairy tersebut. Syeikh menjawab: “Bukan dari agama kita..!”
Orang itupun mengulangi pertanyaannya dan Syekh tetap menjawab: “Bukan dari agama kita…”. Orang tersebut yang merupakan seorang informan militer/intelijen kemudian melaporkan ke pihak keamanan dan Syekh pun dijebloskan ke penjara Tadmur yang terkenal ‘angker’ selama 22 tahun. Disana ia disiksa dengan berbagai macam penyiksaan dan enggan mencabut fatwanya.
Lima tahun setelah Syekh dijebloskan kedalam penjara, Hafiz Al-Assad pernah mengumpulkan para ulama Damaskus dalam sebuah acara buka puasa bersama. Syekhul Qurra Bilad As-Syam Syeikh Kurayyim Rajih pun bertanya kepada Hafiz Al-Assad sebab dipenjaranya Syekh Hasyim Majzub. Hafiz al-Assad dengan marah menjawab: “Syekh Hasyim ini mengatakan bahwa kami (‘Alawi Nushairi) bukan muslim, apa pendapat kalian?” Semua ulama yang hadirpun diam membisu hingga kemudian Syekh Al-Buthi berkata: “Pernyataan tersebut salah, tidak tepat.” Para ulamapun kemudian baru tahu sebab dipenjaranya Syeikh Hasyim Majzub.
Syekh Al-Buthi (dengan kedekatannya dengan Hafiz al-Assad) kemudian berjanji untuk melindungi Syekh Hasyim Majzub dari penyiksaan, sekalipun menurutnya Syekh Hasyim telah melakukan kesalahan. Keluarga Syekh Hasyim pun mendatangi Syekh Al-Buthi untuk menjadi perantara agar Syekh Hasyim dibebaskan. Syekh Al-Buthi kemudian memberikan selembar kertas kepada keluarga Syekh untuk menemui Syekh Hasyim dipenjara dan memintanya untuk ruju’ dan mengakui kesalahan fatwanya serta mengakui bahwa Hafiz al-Assad adalah presiden mukmin. Syekh yang menerima surat itu menolak untuk menjawab dan mengembalikan surat tersebut. Beliau lebih memilih untuk mendekam dalam penjara rezim selama 22 tahun dibawah penyiksaan berat.
Pernah beliau diinterogasi terkait fatwa kerasnya terhadap sekte Nushairiyah, beliau menjawab: “Aku tidak membuat fatwa baru, tapi hanya menukil Fatwa pengarang Hasyiah Ibnu Abidin.” (Hasyiah Ibnu Abidin adalah salah satu ensiklopedia fiqih Mazhab Hanafi yang paling terkenal, dikarang oleh Khatimul Muhaqqiqin Imam Muhammad Amin yang lebih dikenal dengan Ibnu Abidin).
Al-‘Allamah Al-Mujahid Syekh Muhammad Hasyim Majzub Al-Husainy As-Syafi’i Ad,-Dimasyqy, beliau menimba ilmu dari dari Aminul Fatwa Al-‘Allamah Abdul Hakim Al-Munir, kemudian kepada Al-‘Allamah Al-ushuli Az-Zahid Syekh As-Syafiiyah Fi Bilad As-Syam Syekh Muhammad Shalih Al-Aqqad (salah seorang murid Al-Imam Al-Muhaddis Syekh Badruddin Al-Hasani), Syekh Basyir Abdullah Al-Jallad, Al-‘Allamah Syekh Mahmud Al-Habbal dan lain-lain. Karena kepakarannya dalam fiqih Syafi’i, beliau digelari dengan Imam Syafi’i kecil.
Syekh Muhammad Hasyim Majzub sangat dekat dengan Syekh Al-Buthi di era 70an. Ustad Jamil Janoudi mengatakan: “Aku mengenal Syeikh Hasyim Majzub pada tahun 1976 ketika beliau menjadi imam, hafiz, muhaddis, mufassir dan faqih di Jami’ As-Sanjakdar Damaskus. Aku mengenalnya ketika beliau duduk disamping Syekh Al-Buthi dimana Syekh Al-Buthi menyampaikan kajiannya setiap hari Senin bakda Maghrib setelah Syekh Hasyim membuka mesjidnya (dan meminta Syeikh Al-Buthi untuk menyampaikan kajiannya) dan Syeikh Al-Buthi pun mulai terkenal. Terkadang, Syekh Hasyim membisikkan sesuatu ditelinga Syeikh Al-Buthi untuk mengingatkan sesuatu yang terlupa atau kurang tepat.
Hari-hari kemudian cepat berlalu dengan berbagai cobaan yang menimpa Syeikh Muhammad Hasyim Majzub. Sementara Syeikh Al-Buthi dengan ijtihadnya ‘memilih’ untuk didekati atau mendekati penguasa tiran. Keduanya berpisah. Syekh Hasyim Majzub dijebloskan oleh Hafiz al-Assad dalam penjara Tadmur yang angker sementara Syekh Al-Buthi kemudian dipersilahkan bebas untuk menyampaikan kajiannya bahkan di stasiun TV pemerintah.
Didalam penjara, beliau (Syekh Hasyim) benar-benar menjadikan penjara sebagai madrasah penghafal Quran hingga banyak tahanan yang hafal Qur’an, mereka juga bertalaqqi lughah, fiqih dan tafsir ke beliau. Pada tanggal 24 Nopember 2001, beliau dibebaskan dari penjara setelah kesehatannya memburuk karena penyakit jantung yang ia derita. Syekh Al-Buthi sendiri disebutkan punya andil besar terhadap bebasnya Syekh Hasyim Majzub. Sementara sebagian orang mengingkari hal tersebut dan dibebaskannya Syekh Hasyim adalah karena rezim tidak ingin beliau meninggal dalam penjara.
Seorang saksi mata, Dr. Abdullah Abdul Ghani Labadiy berkata: “Telah menjadi kebiasaanku, setiap kali ada tahanan (yang ditahan di era 80an) yang dibebaskan dari penjara rezim untuk bergegas bertemu dengannya menanyakan kabar ayahku (yang juga dipenjara rezim Al-Assad) barangkali ia pernah mendengar nama atau berjumpa dengannya. Namun kali ini, tahanan yang dibebaskan adalah seorang ulama besar, Syekh Muhammad Hasyim Majzub. Akupun bergegas untuk bertemu dengannya bersama Dr. Adnan Darwisy yang menjadi perantara pertemuan tersebut dimana hanya orang-orang tertentu saja yang bisa bertemu dengan Syekh. Ketika itu waktu zuhur sementara orang-orang yang mengunjungi Syekh biasanya ziarah di sore hari. Akupun memberi salam kepadanya dan duduk di depannya. Beliau kemudian berbicara kepada kami tentang sebuah hadis Rasulullah SAW yaitu hadis ‘Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya).’
Setelah beliau selesai berbicara, akupun menanyakan kepada beliau tentang ayahku. Syeikh mengatakan bahwa beliau tidak pernah bertemu dan mendengar namanya. Syekh kemudian melanjutkan ceritanya di dalam penjara dan halaqah-halaqah Qur’an sementara senyuman terus terpancar diwajahnya. Setiap kali ada tamu masuk atau keluar Syekh selalu berdiri menyambut dan mengantarnya sampai ke pintu. Tiba-tiba seseorang berkata dengan suara agak keras “Dr. Al-Buthi datang”. Aku menyangka bahwa Syeikh akan berdiri keluar untuk menyambutnya. Akan tetapi beliau tetap ditempatnya dan tidak bergeming sedikitpun.
Ketika Syeikh Al-Buthi berusaha untuk mencium tangannya, beliau menariknya dengan kuat. Suasana pun menjadi hening. Syekh tidak berbicara sepatah katapun padahal sebelumnya beliau leluasa menceritakan kondisinya dalam penjara. Kemarahan yang tenang nampak dari muka Syekh. Syekh Al-Buthi kemudian berbicara untuk mencairkan suasana. Ketika Syekh Al-Buthi meminta izin, Syekh Hasyim tetap duduk ditempatnya dan tidak mengantarkan Syekh Al-Buthi ke pintu sebagaimana yang beliau lakukan untuk tamu-tamu yang lain. Kejadian ini terjadi di hari kedua setelah Syekh Hasyim keluar dari penjara. rahimahullah rahmatan waasi’ah.” (Dr. Abdullah Lababidi kelahiran Aleppo, alumni Ma’had Al-Fath Al-islamy, magister dirasat Islamiyah kulliyah Al-Imam Al-Auza’i dan menyelesaikan doktoral di Univ Omdurman Sudan. Cerita ini telah saya konfirmasi kebenarannya kepada beliau).
Setelah Syekh Hasyim keluar dari penjara, Syekh Al-Buthi ‘sering’ mendoakan Syekh Hasyim dan mengakui bahwa kajian beliau (Syekh Al-Buthi) tetap berlangsung salah satunya adalah sebab Syekh Hasyim yang mendorong Syekh Al-Buthi untuk menyampaikan kajiannya di mesjid Sanjakdar era 70-an. Semoga Allah merahmati keduanya dan menempatkan keduanya pada tempat yang seharusnya.
Syeikh Hasyim Majzub wafat 22 Juni 2016 di Damaskus setelah berjuang selama 15 tahun dengan penyakitnya dan 22 tahun penyiksaan dalam penjara Tadmur. Syeikh Al-Qaradhawi dan banyak ulama serta gerakan Islam ikut berbelasungkawa atas kepergiannya. Syeikh Fawwaz An-Namir (Imam dan pengajar di Mesjid Jami’ Umawi) mengatakan bahwa Syeikh Hasyim Majzub adalah ‘sunnah yang berjalan’. Beliau keluar dari penjara dengan kepala tegak seolah-olah ia adalah seorang Sultan. Ia pergi menertawakan dunia sedangkan mayoritas kita masih ditertawakan oleh dunia.