Polisi menembakkan gas air mata dan menggunakan pentungan untuk menghalau para pendukung Khan mencapai Islamabad untuk melakukan unjuk rasa yang telah dilarang oleh pemerintah.
Dikabarkan bahwa bentrokan terjadi setelah pihak berwenang memblokir jalan-jalan menuju ibu kota, dimana partai mantan Perdana Menteri Imran Khan berencana mengadakan demo besar -besaran untuk menuntut pemberhentian pemerintah dan pemilihan ulang dengan segera.
Polisi menembakkan gas air mata di beberapa distrik di Punjab, provinsi terbesar di negara itu, ketika pendukung partai Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), mencoba menghilangkan penghalang jalan di jalan raya menuju Islamabad.
Di kota timur laut Lahore, polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan ratusan anggota PTI yang berkumpul di berbagai titik untuk melakukan pawai protes.
Para pengunjuk rasa melempari batu dan melemparkan kembali gas air mata ke arah polisi hingga beberapa dari mereka ditahan .
Sebelumnya, pada hari Selasa, Pemerintah telah melarang rapat akbar yang direncanakan Khan di Islamabad setelah adanya tuduhan bahwa seorang polisi telah dibunuh oleh seorang anggota PTI saat dilakukannya razia ke rumah-rumah anggota partai tersebut.
PTI mengklaim bahwa lebih dari 1.000 anggota ditangkap dalam razia semalam di provinsi Punjab Timurlaut dalam upaya untuk menggagalkan pawai.
“Dengan biaya berapa pun”
Rekaman yang ditayangkan di saluran berita lokal menunjukkan pendukung PTI yang memegang tongkat melepaskan kawat berduri untuk bergerak maju dengan pawai.
Pihak berwenang telah menempatkan puluhan kontainer di jalan-jalan utama menuju ibu kota, sekitar 270 km (170 mil) ke barat laut dari Lahore.
Mereka juga telah mengerahkan polisi tambahan dan pasukan paramiliter di jalan-jalan raya dan di Islamabad untuk menghentikan aksi unjuk rasa. Selain itu, beberapa traktor diparkir melintang jalur lalu lintas di beberapa daerah.
Khan memulai pawai dari provinsi Khyber Pakhtunkhwa Barat Laut, yang diperintah oleh partainya. Mantan pemimpin itu mengajak para pendukungnya, terutama kaum muda, agar menyingkirkan barikade untuk mencapai Islamabad “dengan cara apapun”.
“Akan mengajak semua orang untuk membawa bendera Pakistan bersama mereka. Ini adalah momen yang menentukan,” cuit pemimpin berusia 69 tahun itu.
Khan telah mengumpulkan para pemimpin PTI dan ribuan pendukungnya di Peshawar, ibu kota Khyber Pakhtunkhwa. Dari sana, para pengikutnya harus menyeberangi jembatan di perbatasan provinsi yang telah diblokir pemerintah, sebelum berkumpul di pinggiran Islamabad.
Menteri Dalam Negeri Rana Sanaullah mengatakan Khan akan ditangkap jika rapat akbar tersebut berlangsung.
Kamal Hyder dari Al Jazeera melaporkan, di Islamabad dia melihat puluhan pekerja PTI ditangkap di luar kantor kami.
“Ada laporan terjadinya bentrokan di beberapa kota di Punjab dengan polisi, meskipun fakta menunjukan bahwa konstitusi Pakistan mengizinkan protes damai, yang merupakan hak dasar warga negara,” kata Hyder.
“Tetapi pemerintah tampaknya panik dan bereaksi berlebihan padahal pengadilan telah menegaskan untuk tidak menangkap atau melecehkan para pekerja partai.”
Sementara itu, Mahkamah Agung Pakistan akan mendengarkan petisi untuk menghapus blokade ke Islamabad.
Pihak berwenang mengatakan bahwa jika Khan setuju untuk menyerahkan jaminan tertulis bahwa rapat akbarnya akan berlangsung damai dan dia tidak menunjukan dirinya ke tempat umum, pemerintah akan mempertimbangkan pencabutan larangannya.
Khan dicopot dari jabatannya bulan lalu setelah mosi tidak percaya dari parlemen yang dia duga merupakan bagian dari rencana yang didukung AS dan kolusi dengan penggantinya Shehbaz Sharif, dimana pemerintahnya telah berjanji akan memberikan sanksi tegas jika Khan melanggar larangan tersebut.
Legenda kriket yang berubah menjadi politisi itu menuntut pembubaran parlemen dan dilakukannya pemilihan umum yang baru, yang seharusnya dijadwalkan pada 2023. Pemerintah telah menolak tuntutannya.
Pawai hari Rabu telah menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya kekerasan yg luas antara pendukung Khan dan pasukan keamanan di negara yang sedang berjuang melawan krisis ekonomi.
Khan kehilangan kekuasaan salah satunya karena kegagalannya untuk memperbaiki situasi ekonomi Pakistan yang sangat buruk, termasuk utang yang meningkat, menyusutnya cadangan mata uang asing dan inflasi yang melonjak.
Sharif, yang menggantikan Khan bulan lalu belum mengambil langkah berani untuk mengembalikan ekonomi ke jalurnya.
Pembicaraan terus berlanjut di Doha antara pemerintah dan Dana Moneter Internasional untuk melanjutkan paket penyelamatan senilai $6 miliar yang disepakati pada 2019.
SUMBER: AL JAZEERA