Oleh: KH. Hilmi Aminuddin
Setelah masuk masa reformasi, kita bersama-sama komponen bangsa Indonesia melakukan perubahan. Kita membuka era baru, lembaran baru sejarah Indonesia. Dan, alhamdulillah kita bersama-sama komponen bangsa Indonesia bisa melakukan perubahan yang sangat fundamental.
Salah satunya, dalam bentuk melakukan amandemen UUD 1945. Dalam melakukan amandemen ini bukan saja dengan konsolidasi nasional bersama seluruh komponen bangsa Indonesia dalam ruang lingkup parlemen, tapi kita juga menggerakkan ikhwan dan akhwat dalam kurun waktu itu, sudah tidak terhitung berapa kali kita melakukan demonstrasi.
Dalam situasi perubahan itu, alhamdulillah terjadi sebuah perubahan juga di tataran politik, yang kita sebut reformasi politik. Intinya adalah kepastian kedaulatan rakyat, bahwa rakyat betul-betul berdaulat.
Tapi ikhwan dan akhwat fillah, kedaulatan rakyat yang kita harapkan adalah bagaimana umat Islam, bangsa Indonesia yang mayoritas 90 persennya umat Islam, bisa mewujudkan aspirasi-aspirasi yang islami. Mengekspresikan kedaulatannya secara islami. Itu akan terjadi kalau kita berhasil melakukan tarbiyatul ummah (pembinaan umat) setelah kita melakukan tarbiyah kader. Sebab demokratisasi politik itu esensinya adalah tegaknya kedaulatan rakyat. Suara rakyat menentukan arah negeri dan bangsa ini. Rakyat mengendalikan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kalau kemudian umat ini tidak kita tarbiyah, tidak kita bina, akhirnya tidak akan menguntungkan dakwah. Bisa jadi umat yang kita perjuangkan kebebasannya ini, kalau kita tidak bangun melalui tarbiyatul ummah hingga muncul al-wa’yul islami (kesadaran islamnya), kita malah akan dibunuh oleh umat yang kita perjuangkan kebebasannya. Ini harus dicamkan. Banyak gerakan dakwah yang dibunuh oleh umatnya.
Maka tugas kita sebagai gerakan dakwah, partai dakwah, selain secara terus menerus membina kader–sebagai modal utama dan pertama gerakan dakwah kita–adalah juga terjun di tengah-tengah masyarakat melakukan tarbiyatul ummah. Membangun wa’yul islami, agar produk reformasi politik dalam bentuk kedaulatan rakyat, dalam bentuk aspirasi-aspirasi rakyat, yang muncul adalah aspirasi yang islami. Kalau tidak, yang akan muncul adalah aspirasi-aspirasi kiri, aspirasi kanan, atau aspirasi kirinya kanan, kanannya kiri atau kanan dalam, kiri dalam, dan seterusnya. Sementara gerakan dakwah akan kembali marginal.
Jadi saya ingin mengingatkan kita sebagai kader-kader dakwah, fokus kerja dakwah kita adalah melakukan tarbiyah kader dan melakukan tarbiyatul ummah atau tarbiyah jamahiriyah. Sebab kebebasan yang dimiliki rakyat, kalau tidak kita tarbiyah akan terjadi lepas kendali. Bahkan akan menerkam kita sendiri, padahal kita yang memperjuangkan kebebasan mereka.