أَلا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا ، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ ؟ ” ، قَالَوا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ : ” إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ ، وَانْتِظَارُ الصَّلاةِ بَعْدَ الصَّلاةِ ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ
“Maukah kutunjukkan kepadamu apa yang dapat menghapus dosa dan meningkatkan derajat?” Para sahabat menjawab, “Baiklah ya Rasulullah!” Beliau bersabda, “Menyempurnakan wudhu di saat kesukaran (enggan/berat), banyaknya langkah ke masjid, menunggu sholat (berikutnya) sesudah menunaikan sholat. Itulah yang disebut ar-ribath. Itulah yang disebut ar-ribath (terikat karena menunaikan tugas).” (HR Muslim)
Hadits di atas kita dapati di dalam Riyadhus Sholihin di Bab Keutamaan Wudhu. Di dalamnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kata ar-ribath. Ribath berasal dari kata rabatha yang artinya mengikat. Sebuah kata yang biasanya dipergunakan dalam peperangan, yakni berjaga dan bersiap siaga menghadapi musuh. Perhatikanlah hadits berikut ini,
رِبَاطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا
“Ribath (bersiap siaga) satu hari di jalan Allah lebih baik dari dunia dan apa saja yang ada diatasnya….” (HR. Bukhari No. 2678)
Dalam Al Qur-an, yang dimaksud ribath adalah menyiapkan diri terikat dalam pembelaan Islam, sebagaimana firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siagalah (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS Ali Imraan: 200).
Dalam hadits riwayat Muslim di atas disebutkan bahwa menanti waktu-waktu sholat dengan bersiap dalam keadaan wudhu dan berjalan jauh ke masjid disebut pula sebagai ribath. Jadi Ribath itu ada dua macam: Pertama, ribath (terikat) di front peperangan untuk membela dan menegakkan Islam. Kedua, ribath (terikat) secara kejiwaan yaitu memelihara diri jangan sampai terjatuh ke dalam larangan Allah serta memaksa diri mengerjakan amal-amal sholeh dan membiasakannya terus menerus.
Ramadhan: Syahrul Murabathah
Jika kita kaitkan dengan ibadah Ramadhan, maka cocoklah jika kita menyebut Ramadhan sebagai syahrul murabathah; bulan untuk memperkuat ikatan kepada Allah Ta’ala.
Ramadhan adalah saat yang tepat bagi kita untuk melatih jiwa agar terbiasa ribath seperti disebutkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, yakni “Menyempurnakan wudhu di saat kesukaran (enggan/berat), banyaknya langkah ke masjid, menunggu shalat (berikutnya) sesudah menunaikan sholat.”. Juga tentu saja mencakup seluruh upaya untuk menyucikan jiwa dan menetapi ketaatan kepada Allah Ta’ala.