Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres berterima kasih kepada Presiden Abdel Fattah El-Sisi atas langkah Mesir yang menyetujui pengoperasian kembali penerbangan langsung Kairo-Shana’a, sebagaimana disampaikan oleh sebuah pernyataan Mesir tanpa menjelaskan secara rinci kapan dimulainya penerbangan tersebut.
Mesir mengungkapkan, pada hari Senin, bahwa mereka akan mengizinkan penerbangan langsung antara Kairo dan ibu kota Yaman, Shana’a yang berada di bawah kendali kelompok Houthi, dalam kerangka gencatan senjata yang diinisiasi PBB dan sedang berjalan.
Dalam sebuah pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan bahwa Menlu Sameh Shoukry “telah menerima panggilan telepon dari Sekjen PBB, Antonio Guterres.”
Dia menambahkan bahwa Guterres “menyatakan terima kasih yang tulus kepada Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi karena mengizinkan penerbangan langsung antara Kairo dan Shana’a dalam kerangka gencatan senjata PBB di Yaman.”
Sejak tanggal dua April lalu, gencatan senjata yang diumumkan oleh utusan PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, telah berlangsung selama dua bulan dan dapat diperpanjang.
Di antara poin-poin gencatan senjata yang paling menonjol adalah dimulainya kembali penerbangan komersial melalui bandara Shana’a, dan pembukaan kembali jalan di kota Taiz (selatan), yang telah dikepung oleh Houthi selama tujuh tahun.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir tersebut tidak menyebutkan rincian lainnya, terutama mengenai tanggal pengoperasian kembali penerbangan tersebut.
Selama panggilan telepon tersebut, Shoukry menyatakan “harapannya agar langkah (pengoperasian kembali penerbangan langsung antara Kairo dan Shana’a) akan berkontribusi dalam menguatkan gencatan senjata PBB di Yaman, dan mengurangi penderitaan rakyat Yaman, serta mendukung penyelesaian berkelanjutan dari krisis yang terjadi disana (Yaman).”
Pada tanggal 26 Maret 2015, Maskapai Penerbangan Mesir, EgyptAir (secara resmi) memutuskan untuk menghentikan penerbangannya dari Kairo ke Shana’a sampai adanya pemberitahuan lebih lanjut, sebagai respon dari koalisi militer Arab yang dipimpin oleh Saudi atas permintaan kepresidenan Yaman untuk menghadang gerakan Houthi yang melawan pemerintahan resmi.
Bandara Shana’a telah ditutup untuk penerbangan sipil oleh koalisi Arab sejak Agustus 2016, setelah Houthi dituduh menggunakannya untuk tujuan militer, hal yang dibantah oleh kelompok itu.
Sebelumnya, penerbangan komersial dari Shana’a ke Amman (ibukota Yordania) dan sebaliknya telah berlangsung pada 16 Mei, sementara media Houthi melaporkan bahwa Kairo menolak menerima warga Yaman dengan dokumen perjalanan yang dikeluarkan oleh Shana’a (Houtsi) dan bukan dari pemerintahan yaman yang sah.
Sumber: Anadolu Agency.