Oleh: Kareem Chehayeb
Beirut, Lebanon – Calon perdana menteri Lebanon yang ditunjuk, Saad Hariri mengundurkan diri pada Kamis setelah gagal membentuk pemerintahan selama delapan bulan terakhir.
Hariri mengundurkan diri setelah pertemuan singkat dengan Presiden Michel Aoun di Istana Baabda.
“Saya mundur dari pembentukan pemerintahan,” katanya kepada wartawan. “Aoun menuntut beberapa amandemen, yang dia anggap penting, dan mengatakan kita tidak akan bisa mencapai pemahaman satu sama lain… Dan semoga Tuhan menyelamatkan negara ini.”
Presiden Aoun menuduh Hariri sudah memutuskan untuk mundur sebelum pertemuan mereka.
“Hariri menolak amandemen apa pun yang terkait dengan perubahan kementerian, tugas-tugas mereka, dan nama-nama yang terkait dengannya,” kata kantor presiden dalam sebuah pernyataan.
Dalam sebuah wawancara dengan TV Al Jadeed Lebanon, Hariri mengatakan dia memilih kandidat mentri-mentrinya berdasarkan keahlian dan kemampuan mereka untuk mereformasi ekonomi, tetapi Aoun tidak.
“Saya mengundurkan diri pada tahun 2019 karena saya menginginkan pemerintahan yang berisi para ahli, dan jika kami membentuk pemerintahan seperti yang diingingkan Michel Aoun maka negara tidak akan selamat,” katanya.
“Masalah utama negara ini adalah Michel Aoun, yang bersekutu dengan Hizbullah, yang pada gilirannya melindungi Aoun. Ini adalah persamaan di negara ini dan jika seseorang tidak dapat melihatnya maka mereka buta.”
Pada sore harinya, masih Kamis 15 Juli pendukung Hariri dan partai Gerakan Masa Depannya turun ke jalan, memblokir jalan dengan membakar ban dan tempat sampah di beberapa daerah sekitar Beirut. Beberapa puluh pengunjuk rasa di Sports City Beirut bentrok dengan tentara Libanon dengan perlengkapan anti huru hara yang menembakkan peluru baja berlapis karet. Jalan raya utama di selatan ibu kota juga menjadi sasaran para demonstran. Jalan di utara kota di selatan kota Sour juga diblokir.
Menyusul turunnya Hariri, Mata uang Lebanon mencapai titik terendah sepanjang sejarah melebihi 21.000 terhadap dolar AS.
Mata uang tersebut kini telah kehilangan 90 persen nilainya, secara efektif menguapkan tabungan ratusan ribu keluarga. Setidaknya setengah dari populasi telah jatuh ke dalam kemiskinan, sementara inflasi makanan mencapai lebih dari 400 persen.
Kebuntuan politik telah berlangsung sejak pengangkatan kembali Hariri Oktober lalu, meskipun ada tekanan diplomatik dari Prancis, Arab Saudi, dan Amerika Serikat. Uni Eropa telah mengancam akan menerapkan sanksi terhadap pejabat Libanon mencegah pemerintah baru untuk mengambil alih kekuasaan.
“Lebanon sedang menyaksikan penghancuran dirinya sendiri dan golongan politik yang harus disalahkan. Penguasa Lebanon tampaknya tidak dapat menemukan solusi untuk krisis yang mereka ciptakan,” kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian seperti dikutip beberapa media
Saling menyalahkan
Jamil Mouawad, pengamat senior di Arab Reform Initiative, mengatakan pengunduran diri Hariri adalah contoh utama dari politik sektarian yang dimainkan di Lebanon. “Sudah seperti ini selama bertahun-tahun, kecuali lembaga negara tidak lagi menutup-nutupi boroknya seperti yang mereka lakukan sebelum krisis ekonomi,” kata Mouawad kepada Al Jazeera, menambahkan ketegangan sektarian kemungkinan akan berkobar sekarang. “Pada fase berikutnya mereka akan mulai saling menyalahkan karena menghalangi pembentukan pemerintah.”
Pada Rabu Hariri mengusulkan pemerintah dengan 24 menteri, yang menurut media lokal memberi Aoun delapan menteri, termasuk kementerian pertahanan dan luar negeri. Hariri telah berselisih dengan Aoun mengenai ukuran dan distribusi pemerintahan baru. Aoun menuduh proposal Hariri kurang memiliki perwakilan Kristen dan menolak sistem pembagian kekuasaan berbasis sektarian di negara itu, sementara Hariri menuduh Aoun menginginkan terlalu banyak bagian dalam pemerintahan.
Ekonomi hancur
Setelah mengundurkan diri pada Oktober 2019 menyusul protes anti-pemerintah di seluruh negeri, Hariri diangkat kembali setahun kemudian, dan bersumpah untuk membentuk pemerintahan yang akan memberlakukan reformasi ekonomi.
Sejak akhir 2019, mata uang Lebanon mulai kehilangan nilainya karena kekurangan dolar, yang secara resmi dipatok pada 1.500 pound terhadap dolar AS. Bank memberlakukan batas penarikan pada rekening dolar, sampai hanya mengizinkan penarikan pada tingkat yang sedikit meningkat 3.900 pound terhadap dolar.
Masyarakat internasional telah mendesak para pejabat Libanon untuk menyelesaikan perbedaan politik dan membentuk pemerintahan yang akan memberlakukan reformasi ekonomi untuk membuka bantuan miliaran dolar dan membuat ekonomi layak lagi.
Lebanon dijalankan oleh sistem pembagian kekuasaan berbasis sekte untuk komunitas agamanya. Kantor politik dan keamanan kunci dialokasikan untuk sekte yang berbeda. Presiden adalah seorang Kristen Maronit, perdana menteri seorang Muslim Sunni, dan ketua parlemen seorang Muslim Syiah.
Sumber: Al Jazeera