(Kekuatan Al-Haq)
Kekuatan kebenaran tidaklah mungkin tergoyahkan, karena dia berasal dari Allah Ta’ala,
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS. Al-Baqarah, 2: 147)
Bahkan Dialah Al-Haq itu sendiri,
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Hajj, 22: 62)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Karena sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Benar, ucapan-Nya benar, dan agama-Nya benar. Kebenaran merupakan sifat-Nya. Kebenaran adalah sifat-Nya dan milik-Nya.” (Madarijus Salikin, 2/333)
*****
Allah Ta’ala juga Pemilik kekuatan yang kokoh, tidak dapat ditundukkan dan tidak dapat dikalahkan, karena Dia memiliki kuasa dan kekuatan sempurna. Semua jin dan manusia tunduk pada kekuatan-Nya.
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat, 51: 58)
Kekuatan-Nya itu kemudian tercermin dari kebenaran yang tegak kokoh di atas hujjah (argumentasi) yang kuat (al-qaul).
وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quraan) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat- kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am, 6: 115)
Kalimat-Nya adalah benar dalam berita-berita dan pernyataan-pernyataannya, serta adil dalam hukum-hukum dan syariat-Nya, sehingga jelaslah kebenaran dan sirnalah kebatilan.[1]
Selain itu, kekuatan-Nya juga tercermin dari alam ciptaan-Nya yang begitu dahsyat (al-kaunu).
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ قَوْلُهُ الْحَقُّ
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan, ‘Jadilah, lalu terjadilah’…” (QS. Al-An’am, 6: 73)
Allah Ta’ala mengajak manusia untuk memikirkan kejadian alam semesta ini agar terbuka pikirannya serta meyakini bahwa kejadian alam semesta ini yang penuh dengan keindahan tentu ada yang menciptakan, yaitu Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan ciptaan yang penuh dengan bukti-bukti kebenaran serta menciptakan pula hukum hukum-Nya yang berlaku umum yang penuh dengan rahasia yang menunjukkan kepada Penciptanya, keesaan Nya, kekuasaan-Nya yang tidak terbatas.[2]
Dengan demikian, kebenaran itu ada yang berupa kebenaran perkataan/argumentasi (al-haqqul qauli), dan ada pula yang berupa kebenaran hukum alam (al-haqqul kauni).
Kekuatan kebenaran (quwwatul haq) yang bersumber dari Allah Ta’ala adalah kekuatan sejati karena berdiri di atas pijakan dan sendi-sendi yang kuat, yakni kekuatan perkataan (al-quwwatul qauliyyah) dan kekuatan hukum alam (al-quwwatul kauniyyah).
Orang-orang mu’min, ashhabul haq (pengikut kebenaran), harus menghimpun dan memadukan dua kekuatan ini—al-quwwatul qauliyyah dan al-quwwaul kauniyyah—dalam pertarungan melawan orang-orang kafir, ashhabul bathil (pengikut kebatilan), yang hanya mengandalkan al-quwwatul kauniyyah. Dengan begitu al-haq akan mampu mengungguli al-bathil, bahkan melenyapkannya.
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
“Dan katakanlah: ‘Yang haq telah datang dan yang batil telah lenyap’. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al-Isra, 17: 81).
Maka al-haq akan dimenangkan di atas agama-agama seluruhnya,
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. Al-Fath, 48: 28)
Wallahu A’lam…
Catatan Kaki:
[1] Lihat: https://tafsirweb.com/2239-surat-al-anam-ayat-115.html
[2] Al-Qur’anul Karim wa Tafsiruhu, Jilid III, hal. 158 – 159