Oleh: Farid Nu’man Hasan
Perintah untuk taat dan mengikuti sunnah Rasulullah di dalam Al-Qur’an
Allah Ta’ala telah memerintahkan agar kita mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Di antaranya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa (4): 59)
Dikeluarkan oleh Abdullah bin Humaid, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim, dari ‘Atha, bahwa ayat ‘Taatlah kepada Allah dan Rasul’ adalah mengikuti Al Kitab dan As Sunnah. (Imam Asy Syaukany, Fathul Qadir, 2/166. Mawqi’ Ruh Al Islam)
Athi’uur rasul artinya khudzuu bisunnatihi (ambillah sunahnya). (Imam Ibnu Katsir, Jilid 1, hal. 518. Darul Kutub Al Mishriyah)
Ayat lainnya:
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah…” (QS. An Nisa (4): 80)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengomentari;
يخبر تعالى عن عبده ورسوله محمد صلى الله عليه وسلم بأنه من أطاعه فقد أطاع الله، ومن عصاه فقد عصى الله،وما ذاك إلا لأنه ما ينطق عن الهوى، إن هو إلا وحي يوحى.
Allah Ta’ala mengabarkan tentang hamba dan RasulNya, bahwa barangsiapa yang taat kepadanya, maka itu termasuk taat juga kepada Allah, barangsiapa yang bermaksiat kepadanya maka itu termasuk bermaksiat kepada Allah, dan tidaklah hal itu melainkan bahwa apa yang dikatakannya bukan berasal dari hawa nafsunya, melainkan wahyu kepadanya. (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1. hal. 528) dan ayat-ayat lainnya
Dan masih banyak ayat lainnya.
Perintah untuk taat dan mengikuti sunnah Rasulullah di dalam hadits
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
من أطاعني فقد أطاع الله، ومن عصاني فقد عصا الله، ومن أطاع أميري فقد أطاعني، ومن عصا أميري فقد عصاني
“Barangsiapa yang mentaatiku,maka ia telah mentaati Allah, barangsiapa yang membangkang kepadaku maka ia membangkang kepada Allah, barangsiapa yang mentaati pemimpin maka ia telah taat kepadaku, barangsiapa yang membangkang kepada pemimpin, maka ia telah membangkang kepada aku.” (HR. Bukhari No. 7137 dan Muslim No. 1835)
Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما مسكتم بهما كتاب الله وسنة نبيه
“Telah aku tinggalkan untuk kalian dua hal yang jika kalian berpegang teguh pada keduanya maka kalian tidak akan pernah tersesat: Kitabullah dan Sunah NabiNya.” (HR. Malik dalam Al Muwatha’ No. 1594, secara mursal. Syaikh Al Albani menyatakan: hasan. Lihat Misykah Al Mashabih No. 186)
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (ketika khutbah haji wada’):
إني قد تركت فيكم ما إن اعتصمتم به فلن تضلوا أبدا كتاب الله وسنة نبيه صلى الله عليه وسلم
“Sesungguhnya saya telah meninggalkan pada kalian apa-apa yang jika kalian komitmen dengannya niscaya tidak akan tersesat selamanya, Kitabullah dan Sunah NabiNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”
Imam Al Hakim mengatakan tentang riwayat ini:
وذكر الاعتصام بالسنة في هذه الخطبة غريب ويحتاج إليها وقد وجدت له شاهدا من حديث أبي هريرة
Penyebutan berpegang teguh dengan sunnah pada khutbah ini adalah ghariib (asing),dan membutuhkan adanya penjelasan kepadanya. Saya telah menemukan syahid (penguat) bagi hadits ini, dari hadits Abu Hurairah . (Al Mustadrak No. 318)
Hadits sebagai syahid tersebut adalah;
عن أبي هريرة رضى الله تعالى عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إني قد تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما كتاب الله وسنتي ولن يتفرقا حتى يردا علي الحوض
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya: bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Saya telah tinggalkan pada kalian dua hal yang kalian tidak akan tersesat selamanya setelah berpegang pada keduanya: Kitabullah dan Sunnahku, dan keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya mendatangi aku di Al Haudh (telaga).” (Al Mustadrak No. 319. Hadits ini shahih, lihat Shahihul Jami’ No.2937)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
كُلُّ أُمَّتِي يدْخُلُونَ الْجنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبِي”. قِيلَ وَمَنْ يَأَبى يا رسول اللَّه؟ قالَ:”منْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الجنَّةَ، ومنْ عصَانِي فَقَدْ أَبِي
“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali yang menolak.” Para sahabat bertanya: “Siapakah yang menolak?” Beliau menjawab: “Barangsiapa yang taat kepadaku akan masuk surga, dan barangsiapa yang maksiat kepadaku, maka ia telah menolak.” (HR. Bukhari No. 6851, Ahmad No. 8726)
Dari Miqdam bin Ma’dikarib Al Kindi Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
أَلَا إِنِّي أُوتِيتُ الْكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ، أَلَا إِنِّي أُوتِيتُ الْقُرْآنَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ
“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberikan Al Kitab dan yang semisalnya bersamanya, ketahuilah sesungguhnya aku diberikan Al Quran dan yang semisalnya bersamanya.” (HR. Abu Daud No. 4604, Ibnu Zanjawaih dalam Al Amwal No. 620, Ath Thabarani dalam Al Kabir No. 668, 670, Ahmad No.17174, kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam tahqiq terhadap Musnad Ahmad: isnadnya shahih, para perawinya adalah perawi terperaya dan perawi hadits shahih, kecuali Abdurrahman bin Abu ‘Aufa, dia perawi Abu Daud dan An Nasa’i, dia terpercaya. Syakh Al Albani menshahihkan dalam berbagai kitabnya.)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengomentari maksud hadits itu:
يعني: السنة. والسنة أيضًا تنزل عليه بالوحي، كما ينزل القرآن؛ إلا أنها لا تتلى كما يتلى القرآن، وقد استدل الإمام الشافعي، رحمه الله وغيره من الأئمة على ذلك بأدلة كثيرة ليس هذا موضع ذلك.
Yakni As Sunnah. As Sunnah juga diturunkan kepadanya dengan wahyu sebagaimana Al Quran, hanya saja bedanya As Sunnah tidaklah dibacakan sebagaimana Al Quran. Imam Asy Syafi’i Rahimahullah dan sebagian imam lainnya telah menunjukkan hal itu dengan dalil-dalil yang banyak, dan bukan tempatnya di bahas di sini.” (Imam Ibnu Katsir, Muqadimah Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, Hal. 7)
Mengikuti As Sunnah juga diterangkan oleh Ijma’ (konsensus) para sahabat
Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu berkata:
وإن الله شرع لنبيكم صلى الله عليه وسلم سنن الهدى. ولعمري. لو أن كلكم صلى في بيته، لتركتم سنة نبيكم. ولو تركتم سنة نبيكم لضللتم.
“Sesungguhnya Allah telah mensyariatkan bagi nabi kalian jalan-jalan petunjuk. Demi umurku, seandainya tiap kalian shalat di rumahnya, itu benar-benar telah meninggalkan sunah nabi kalian. Seandainya kalian meninggalkan sunah nabi kalian, niscaya kalian tersesat.” (HR. Muslim No. 654, Abu Daud No. 550, Ibnu Majah No. 777, An Nasa’i No. 849)
Ketika Rasulullah mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman, ia bertanya: “Dengan apa engkau berhukum?” Muadz menjawab: “Dengan Al Qur’an”, Nabi bertanya, “Jika tidak kau temukan?.” Ia menjawab: “Dengan Sunah Rasulullah,” Nabi bertanya, “Jika tidak kau temukan?”, Ia menjawab,”Aku akan berijtihad dengan pikiranku.” Mendengar jawaban ini Rasulullah menepuk dada Muadz, lalu berkata: “Alhamdulilah, Semoga Allah memberikan taufiq kepada utusan Rasulnya, kepada apa-apa yang diridhai Rasulullah.” (HR. Ahmad No. 22007, Abu Daud No. 3592, Ath Thayalisi No. 559, At Tirmidzi No. 1328, Al Baihaqi 10/114, Ad Darimi No. 168, dan lainnya)
Hadits ini didhaifkan oleh sebagian ulama seperti Syaikh Al Albani. (Misykah Al Mashabih No. 1315, dan Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 3592), juga Syaikh Syu’aib Al Arnauth. (Musnad Ahmad No. 22007)
Namun menurut Ibnu Katsir hadits ini Jayyid (bagus). (Lihat Muqaddimah Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, hal. 7. Daruth Thayyibah Lin Naysr wat Tauzi’)
Imam Ibnul Qayyim menguatkan hadits ini. (I’lamul Muwaqi’in 1/202), sementara Imam Al Khathib mengatakan:
إن أهل العلم قد تقبلوه واحتجوا به، فوقفنا بذلك على صحته عندهم
“Sesungguhnya para ulama menerima hadits ini dan berhujjah dengannya, sedangkan saya no coment atas penshahihan yang mereka lakukan.” (Al Faqih wal Mutafaqih, 1/189-190)
Juga dikuatkan oleh Imam Ibnu Taimiyah dalam Al Fatawa, dan Imam Ad Dzahabi dalam Talkhis ‘Ilal Mutanahiyah.
Umar bin Khathab Radhiallahu ‘Anhu berkata kepada Qadhi Suraih,
إذا وجدت شيئا في كتاب الله فاقض به ولا تلتفت إلى غيره وإن أتاك شيء ليس في كتاب الله فاقض بما سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم فإن أتاك ما ليس في كتاب الله ولم يسن رسول الله صلى الله عليه وسلم فاقض بما أجمع عليه الناس وإن أتاك ما ليس في كتاب الله ولا سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم ولم يتكلم فيه أحد قبلك فإن شئت أن تجتهد رأيك
“Jika kau temukan pada Kitabullah maka putuskanlah dengannya, jangan tengok selainnya. Jika tidak ada maka putuskanlah dengan Sunah Rasulullah, jika tak kau temui juga, maka putuskanlah dengan yang di-ijma’kan, jika juga tidak ada dalam kitabullah, Sunah, dan perkataan seorang pun manusia sebelum engkau, maka berijtihadlah jika kau mau dengan pendapatmu .” (Imam Ibnul Qayyim, I’lamul Muwaqi’in, 1/ 61-62. Maktabah Al Kulliyah Al Azhariyah)
Masih banyak lagi perilaku para sahabat seperti Abu Bakar, Ibnu Umar, Mughirah bin Syu’bah, dan lain-lain, yang selalu menjadikan As Sunnah sebagai hujjah. Hal ini terus diwariskan kepada Tabi’in, tabi’ut tabi’in, imam empat madzhab, dan para ulama terpercaya hingga hari ini. Semua sepakat tentang wajibnya berhujjah dengan As Sunnah.
Para ulama generasi awal juga telah memberikan semangat kepada kita agar mengikuti As sunnah. Berkata Ubai bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu:
عليكم بالسبيل والسنة فإنه ليس من عبد على سبيل وسنة ذكر الرحمن ففاضت عيناه من خشية الله فتمسه النار وإن اقتصادا في سبيل وسنة خير من اجتهاد في إخلاف
“Hendaknya kalian bersama jalan kebenaran dan As Sunnah, sesungguhnya tidak akan disentuh neraka, orang yang di atas kebenaran dan As Sunnah dalam rangka mengingat Allah lalu menetes air matanya karena takut kepada Allah Ta’ala. Sederhana mengikuti kebenaran dan As Sunnah adalah lebih baik, dibanding bersungguh-sungguh dalam perselisihan.”
Dari Abul ‘Aliyah, dia berkata:
عليكم بالأمر الأول الذي كانوا عليه قبل أن يفترقوا قال عاصم فحدثت به الحسن فقال قد نصحك والله وصدقك
“Hendaknya kalian mengikuti urusan orang-orang awal, yang dahulu ketika mereka belum terpecah belah.” ‘Ashim berkata: “Aku menceritakan ini kepada Al Hasan, maka dia berkata: ‘Dia telah menasihatimu dan membenarkanmu.’ “
Dari Al Auza’i, dia berkata:
اصبر نفسك على السنة وقف حيث وقف القوم وقل بما قالوا وكف عما كفوا عنه واسلك سبيل سلفك الصالح فانه يسعك ما وسعهم
“Sabarkanlah dirimu di atas As Sunnah, berhentilah ketika mereka berhenti, dan katakanlah apa yang mereka katakan, tahanlah apa-apa yang mereka tahan, dan tempuhlah jalan pendahulumu yang shalih, karena itu akan membuat jalanmu lapang seperti lapangnya jalan mereka.”
Dari Yusuf bin Asbath, dia berkata:
قال سفيان يا يوسف إذا بلغك عن رجل بالمشرق أنه صاحب سنة فابعث إليه بالسلام وإذا بلغك عن آخر بالمغرب أنه صاحب سنة فابعث إليه بالسلام فقد قل أهل السنة والجماعة
“Berkata Sufyan: Wahai Yusuf, jika sampai kepadamu seseorang dari Timur bahwa dia seorang pengikut As Sunnah, maka kirimkan salamku untuknya. Jika datang kepadamu dari Barat bahwa dia seorang pengikut As Sunnah, maka kirimkan salamku untuknya, sungguh, Ahlus Sunnah wal Jama’ah itu sedikit.”
Dari Ayyub, dia berkata:
إني لأخبر بموت الرجل من أهل السنة فكأني أفقد بعض أعضائ
“Sesungguhnya jika dikabarkan kepadaku tentang kematian seorang dari Ahlus Sunnah, maka seakan-akan telah copot anggota badanku.”
Dan masih banyak lagi nasihat yang serupa. (Lihat semua ucapan salaf ini dalam Talbisu Iblis, hal. 10-11, karya Imam Abul Faraj bin Al Jauzi )