Sekularisme
Sekular berasal dari kata latin saeculum yang artinya zaman ini atau masa kini. Istilah ini digunakan untuk menunjukkan suatu kondisi ideal dimana masyarakat terbebas dari pengaturan pengendalian relijius dan pandangan-pandangan dunia metafisis.
Dalam kamus Advanced, sekularisme disebut sebagai faham yang mempercayai bahwa kehidupan duniawi ini tidak mempunyai keterkaitan dengan ajaran agama atau lembaga keagamaan.
Sedangkan sekularisasi adalah aksi untuk mewujudkan sekularisme, pembebasan manusia “pertama-tama dari agama dan kemudian metafisika yang mengatur nalar dan bahasanya” Itu berarti terlepasnya dunia dari pengertian-pengertian relijius dan relijius semu, terhalau dari pandangan-pandangan dunia tertutup, terpatahkannya semua mitos supranatural dan lambang-lambang suci…”
Komponen
Unsur-unsur yang melingkupi dimensi sekularisasi adalah:
- Penidak-keramatan alam
Pembebasan alam dari nuansa keagamaan (roh-roh animistis, dewa-dewa dan magic). Juga memisahkan alam dari Tuhan. Sehingga manusia boleh berbuat bebas terhadap alam, memanfaatkannya menurut kebutuhan-kebutuhan dan rencana-rencananya.
- Desakralisasi Politik
Penghapusan legitimasi sacral kekuasaan politik. Artinya kaum secular tidak menghendaki munculnya pemimpin atau penguasa atas dasar anggapan ‘kekeramatan’ dan kesakralan. Jadi mereka menolak para pemimpin agama dan nabi-nabi.
- Dekonsekrasi nilai-nilai
Menurut kaum secular semua karya-karya budaya dan system nilai itu bersifat relatif, begitu pun agama.
Latar Belakang Sekularisi
Awal bergulirnya sekularisasi adalah akibat westernisasi (pembaratan) ajaran Nabi Isa. Sebagaimana diketahui pada awalnya ajaran Nabi Isa itu masih orisinil, yakni ajaran tauhid. Banyak orang tidak menyenanginya sehingga pengikut Nabi Isa selalu dikejar-kejar dan hidup tertekan mencapai rentang waktu 200 tahun lamanya.
Dalam rentang waktu yang demikian panjang itulah ajaran Nabi Isa mengalami berbagai macam penyimpangan. Pada masa Kaisar Constantin memerintah (306-337 M) terdapat dua kubu pengikut Nabi Isa: (1) Pengikut Arius yang menolak faham Trinitas dan (2) Pengikut Athanasius yang mendukung faham Trinitas. Untuk mengambil jalan keluar dari pertentangan itu diadakanlah Konsili Nicea pada tahun 325 M. Tapi konsili ini diakhiri dengan voting dan pengikut Arius dinyatakan kalah setelah sang Kaisar menyatakan mendukung pengikut Athanasius.
Sejak itulah terjadi pembaratan ajaran Nabi Isa. Agama yang bersih itu kini telah tercemari oleh mitologi (ajaran dewa-dewa) Yunani. Semakin lama semakin jauh dari orisinalitasnya.
Munculah dari agama yang tidak murni lagi itu bid’ah-bid’ah, misalnya munculnya tokoh-tokoh atau pemimpin-pemimpin agama yang menguasai masyarakat atas dasar legitimasi sakral. Atau munculnya pemimpin agama—dengan tanpa pijakan yang jelas—bersikap otoriter menentukan kebenaran. Al-Qur’an merekam kondisi ini dalam surat At-Taubah ayat 31,
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Maksud dari “menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah” adalah mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal.
Dalam sejarah kita ketahui bagaimana kalangan gereja mempertahankan kebenaran tindakannya membakar para saintis penganut heliosentris, seperti Copernicus dan Bruno. Agamawan Kristen pada saat itu seolah-olah menganggap teori Geosentris yang disampaikan Ptolomeus sebagai wahyu suci yang tidak boleh berubah.
Inilah yang membangkitkan semangat sekularisasi di dunia Barat. Dari latar belakang historis semacam inilah mereka beranggapan bahwa agama harus dipisahkan dari urusan kekuasaan bahkan harus dipisahkan dari kehidupan.
Namun yang dianggap menjadi tonggak sejarah muncul dan berhasilnya gerakan sekularisasi adalah Revolusi Perancis (1789 M). Sejak saat itu mulailah bermunculan kaum intelektual sekular yang ide-idenya menjungkirbalikkan nilai-nilai keagamaan, seperti: Spinoza, Darwin, Nietzhe, Durkheim, Freud, Marx.
Sekularisasi di dunia Islam
Dari uraian di atas kita mengetahui bahwa bagi Barat kemunculan sekularisasi merupakan realitas sejarah dan sebuah proses panjang guna menggapai sistem kehidupan yang dianggap mapan.
Akan tetapi menurut Ali Juraisah, sekularisasi di dunia Islam merupakan produk dari sistem penjajahan politik dan pendidikan. Sekularisme menyebar ke dalam tubuh umat Islam melalui beberapa media:
- Imperialisme dan Kolonialisme
Ketika persekutuan raja-raja Kristen di Eropa berhasil mengalahkan kaum muslim di Andalusia dan kaum Moor (muslimin Afrika Utara), mereka kemudian mengirim delegasi dan pasukan penjajah ke seluruh kawasan yang dikuasai oleh umat Islam. Ketika mereka mengirim tentara ke Asia Tenggara (Malasysia, Indonesia, dan Filipina), mereka berangkat dengan semangat menumpas kaum Moro (Muslim). Di beberapa daerah jajahannya mereka berhasil menggusur penerapan hukum Islam dan menggantinya dengan hukum Barat dan menundukkan pola pikir dan pola hidup umat ke bawah sistem Barat yang sekuler itu.
- Kristenisasi
Pada setiap ekspedisi kolonialisasi, di antara para prajurit selalu terdapat pendeta-pendeta Kristen misionaris. Dengan tersebarnya ajaran Kristen langkah-langkah awal menuju sekularisasi agama Islam menemukan jalannya.
- Orientalisme dan pengiriman mahasiswa muslim untuk belajar di dunia Kristen
Orientalis datang untuk melakukan penelitian tentang bangsa-bangsa Timur demi kepentingan tuannya, sehingga memudahkan proses penjajahan, pembaratan dan sekularisasi. Sedangkan melalui pengiriman mahasiswa mereka berupaya menanamkan ideologi sekular melalui materi dan metodologi kajian khas Barat.
Ciri-ciri Sekularisme
- Meyakini bahwa nilai-nilai Islam harus dibedakan dari nilai-nilai kehidupan dunia dalam seluruh aspeknya.
- Menganggap bahwa segala institusi politik yang ada pada peradaban kaum muslimin masa lampau adalah cerminan dan tradisi, tidak berhubungan nilai-nilai syar’i.
- Penerapan syariat Islam akan merugikan pemeluk agama non Islam dan karenanya menjadi ancaman bagi persatuan.
- Menganggap bahwa syariat Islam itu terbelakang, primitif dan ketinggalan zaman.
- Mengambil ajaran Islam melalui prinsip pragmatisme dan utilitarianisme.
- Menyebarkan faham-faham keraguan terhadap Islam untuk kepentingan politiknya sendiri.
- Menggayang gerakan-gerakan kebangkitan Islam dengan berbagai cara.
Islam Versus Sekularisme
- Penidak-keramatan Alam
Jika yang dimaksud dengan pengertian penidak-keramatan itu adalah mencampakkan ketakhayulan, kepercayaan animistis dan magis serta tuhan-tuhan palsu dari alam, maka ini adalah sejalan dengan Islam.
- Desakralisasi Politik
Desakralisasi politik telah dikenal sejak awal dan dimulai dengan Islam itu sendiri. Karena Islam itu didasarkan atas kekuasaan Tuhan dan otoritas suci Nabi Muhammad yang tak lain berasal dari otoritas Ilahi itu sendiri. Kesetiaan, kepatuhan, dan loyalitas mereka yang sesungguhnya adalah kepada Allah dan kepada Nabi-Nya tanpa menyertakan yang lainnya (lihat Al-Qur’am: 3: 79-80; 9: 31; dan 6: 57).
- Dekonsekrasi Nilai-nilai
Islam menolak secara total ‘dekonsekrasi nilai-nilai’ disematkan kepada ajaran Islam. Di dalam Islam tidak akan dijumpai proses “evolusi nilai-nilai’ atau ‘relativisasi nilai-nilai’ (lihat: QS. 5: 3).